BAB 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Sekarang ini,
banyak anak muda mulai tertarik dan melirik profesi bisnis yang cukup
menjanjikan masa depan cerah.
Diawali oleh
anak-anak pejabat, para sarjana dan diploma lulusan perguruan tinggi, sudah
mulai terjun ke pekerjaan bidang bisnis.Kaum remaja zaman sekarang, dengan
latar belakang profesi orang tua yang beraneka ragam mulai mengarahkan
pandangannya ke bidang bisnis.Hal ini didorong oleh kondisi persaingan diantara
pencari kerja yang mulai ketat.Lowongan pekerjaan mulai terasa sempit. Posisi
pegawai negeri kurang menarik, ditambah lagi dengan policy zero growth oleh
pemerintah dalam kepegawaiaan.
Saat ini orang
tua sudah tidak berpandangan negatif lagi pada dunia bisnis.Anak-anak muda
tidak lagi “malu” berdagang.Bahkan para artis banyak terjun ke dunia “bisnis”
yang bergerak dalam berbagai komoditi.
Berdasarkan
suatu penelitian terhadap siswa kelas 3 SMU di kotamadya Bandung, ditemukan
adanya pergeseran minat bisnis di kalangan remaja.Suatu hal yang menonjol yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah adanya perubahan sikap dan pandangan dari
generasi muda calon intelektual bangsa kita.Demikian pula ada perubahan
pandangan orang tua, yang sudah menyenangi dan mengizinkan putra-putrinya
terjun ke bidang bisnis.
Para remaja
ini menyatakan mereka sangat menyenangi kegiatan bisnis. Mereka akan terjun ke
bidang bisnis karena pekerjaan bisnis cukup menjanjikan untuk masa depan. untuk
mengantisipasi pekerjaan bisnis, mereka mempersiapkan bekal, berupa sikap
mental dan menguasai beberapa keterampilan yang menunjang. Banyak keterampilan
yang harus dimiliki oleh remaja, seperti keterampilan mengetik manual,
komputer, akuntansi, pemasaran, otomotif, elektronik, dan sebagainya.Makin
banyak keterampilan yang dikuasai, makin tinggi minat bisnisnya dan makin
banyak peluang terbuka untuk membuka berwirausaha.
Mahasiswa
sebagai agen penggerak perubahan di negeri ini yang akan memegang estafet
kepemimpinan di masa mendatang harus berperan aktif untuk menjadi pelopor
terbentuknya perekonomian nasional yang tangguh. Oleh karena itu sudah saatnya
dilakukan perubahan paradigma berpikir dikalangan mahasiswa. Yaitu dari pola
pikir sempit mencari kerja setelah lulus kuliah menjadi pencipta lapangan kerja
yang berbasis pada penciptaan usaha kecil dan menengah, sehingga bangsa
Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Untuk itu
dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan wirausaha yang dirintis sejak dari bangku
kuliah.Kemampuan wirausaha merupakan modal dasar bagi seseorang yang ingin
bergerak di bidang usaha tertentu.Ada sebagian orang yang percaya bahwa
kemampuan wirausaha adalah bakat yang dibawa sejak lahir.Pendapat ini keliru.
Kemampuan wirausaha bukanlah karena faktor bakat, tetapi juga akan timbul dan
terasah melalui pengalaman-pengalaman dan pelatihan-pelatihan kewirausahaan.
Berkaitan
dengan hal ini kami dari FEKON UNTAD Jurusan Akuntansi S1 dan juga sebagai
wadah kewirausahaan mahasiswa, membuka kesempatan kepada mahasiswa dan pelajar
yang ingin membangun dan mengembangkan jiwa wirausahanya untuk mendapatkan
kisah dan pengalaman langsung dari orang-orang yang telah susah payah membangun
usahanya dan bahkan mungkin pernah rugi hingga puluhan juta rupiah, sampai
akhirnya mendapatkan kesuksesan.
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha.Wira berarti
pejuang, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak
agung.Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu.Jadi wirausaha
adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Kewirausahaan merupakan kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup
yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan
sangat besar peranannya di dalam
perkembangan pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu, peran mahasiswa,
khususnya mahasiswa manajemen
sangat besar maknanya bagi pengembangan ekonomi nasional. Dengan demikian seharusnya mahasiswa manajemen lebih memiliki
niat untuk menjalankan bisnis dengan kemadirian tinggi. (Tjahjono, 2008:2)
Peran kewirausahaan telah teruji
dengan adanya krisis ekonomi yang
melanda bangsa Indonesia. Kewirausahaan yang
berbasis pada ekonomi rakyat ternyata
mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu perguruan tinggi sebagai
lembaga yang menjadi salah satu panutan masyarakat dapat mendorong
budaya berwirausaha.
Perguruan tinggidiharapkan juga mampu menciptakan
wirausahawan-wirausahawan yang handal, sehingga mampu meberi dorongan niat
masyarakat khususnya mahasiswa untuk
berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik, sebagai
harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan niat berwirausaha.
(Tjahjono, 2008:2)
Mahasiswa yang menekuni ilmu
manajerial khususnya kewirausahaan, diharapkan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu
membuka lapangan kerja yang lebih luas. Dengan kondisi tersebut, maka perguruan tinggi negeri
maupun swasta untuk mampu
menyiapkan anak didiknya, khususnya jurusan manajemen untuk menjadi wirausaha
yang unggul.Mahasiswa jurusan manajemen, supaya tidak mengantungkan kerja di orang lain, tetapi diperlukan
keberanian untuk membuka usaha sendiri atau berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2)
Kondisi seperti dijelaskan di atas,
tentu menjadikan para mahasiswa
berani mengambul keputusan
untuk berwirausaha. Bagi
banyak orang, keputusan berwirausaha merupakan perilaku
dengan keterlibatan tinggi (high
involvement) karena dalam mengambil keputusan akan melibatkan
faktor internal seperti kepribadian, persepsi, motivasi, pembelajaran (sikap),
faktor eksternal seperti keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya (norma subyektif).
Kemudian mengukur kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived control
behavior) yaitu suatu kondisi bahwa orang
percaya tindakan itu mudah atau sulit untuk dilakukan dengan memahami berbagai risiko atau rintangan-rintangan yang ada
apabila mengambil tindakan tersebut.
(Tjahjono, 2008:2)
Disamping itu,
menurut pengamat aktivitas
kewirausahaan (Entrepreneurial activity) yang relatif masih rendah. Entrepreneurial
activity diterjemahkan sebagai
individu aktif dalam
memulai bisnis baru
dan dinyatakan dalam persen total
penduduk aktif bekerja. Semakin rendah indek entrepreneurial activity maka semakin rendah level entrepreneurship
suatu negara, dan dampaknya pada tingginya
pengangguran. Kondisi di atasmengisaratkan betapa masalah pengangguran menjadi
masalah yang sangat serius.
Beberapa pihak menyoal keberadaan
lulusan perguruan tinggi saat ini (Siswoyo, 2009:
114). Menurut Hendarman, Direktur Kelembagaan Dikti Depdiknas menyatakan ”data pengangguran
terdidik di Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian
dan semangat kewirausahaannya.” Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada
pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal
ini disebabkan sistem
pembelajaran yang diterapkan
di berbagai perguruan
tinggi saat ini,
yang umumnya lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh
pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan
untuk menciptakan pekerjaan.
Ciputra (dalam Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009) menyatakan: ”Mahasiswa
dari berbagai disiplin ilmu jangan
hanya diajarkan bagaimana bisa bekerja dengan baik, tetapi dipacu untuk
bisa menjadi pemilik dari usaha-usaha sesuai latar belakang ilmu mereka,”.
Pendidikan harus
dijalankan dengan kreatif.
Pendidikan kewirausahaan harusnya membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika yang
bersangkutan menyelesaikan studinya. Hal
ini menurut Sadino (2008) dalam Siswoyo (2009: 115) mengatakan sebagai dampak dari sistem pendidikan
Indonesia yang kebanyakan masih
menggunakan prinsip belajar untuk tahu, bukan untuk melakukan sesuatu.
Fenomena di atas seharusnya dapat
dijadikan bahan pemikiran, bagaimana agar
dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menampung karyawan,
tidak lagi berpikir untuk mempersiapkan
diri menjadi calon
karyawan yang mencari pekerjaan, terutama bagi individu yang terdidik, misalnya
mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan di atas,maka penulis mengambil inisiatif untuk mengangkat judul
yang berhubungan dengan Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan,Motivasi
Berprestasi Terhadap Keinginan Berwirausaha Mahasiswa.
I.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pokok
pikiran pada latar
belakang tersebut diatas,
maka penulis mengidentifikasikan permasalahan, yaitu :
1. Bagamanai
Karakteristik, Motivasi berprestasi dan Sikap wirausaha?
2. Bagaimana
Cara membangun jiwa usaha pada
mahasiswa?
3. Apakah Karakteristik
Kewirausahaan berpengaruh terhadap
keinginan berwirausaha ?
1.3.
Batasan masalah
Dalam pembuatan makalah ini,
masalah yang di bahas atau di identifikasi hanya membahas apa yang ada di dalam
rumusan masalah.
BAB 2
Landasan Teori
2.1. Konsep Strategi
Pada
bab ini, kami akan mengeksplorasi manajemen strategi yang dianggap sebagai satu
tipe spesifik dari suatu perencanaan. Misalnya, jika ada minimal 2 perusahaan
yang beroperasi dengan produk (barang dan jasa) yang sama, maka salah satu di
antaranya ingin keluar sebagai pemenang dalam persaingan bisnisnya. Sebagai
pemenang dalam dunia bisnis seringkali diartikan mendapat pangsa pasar (market
share) terbesar yang nantinya akan mempunyai kekuatan monopoli dan jika
monopoli dilarang oleh pemerintah, maka minimal perusahaan tersebut menjadi
perusahaan berstatus pemimpin atau penentu harga (price setter atau price
leader).
Masing-masing
pihak akan selalu berusaha untuk memenangkan persaingan dan melakukan analisis
tentang kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan
ancaman (threats) satu sama lain. Kelemahan dirinya dan ancaman dari perusahaan
pesaing akan selalu dianalisis dan diantisipasi yang kemudian akan diperbaiki
agar tidak mudah diserang atau ditundukkan oleh perusahaan pesaing.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa inti dari manajemen strategi adalah
memenangkan persaingan. Karena manajemen strategi selalu berusaha memenangkan
persaingan, maka mau tidak mau perusahaan harus senantiasa menganalisis diri
dan memperbaiki diri agar tampil lebih baik dari perusahaan pesaing.
Apa
Itu Strategi?
1. Menurut KBBI, strategi adalah ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu
dalam perang maupun damai.
2. Secara eksplisit, strategi adalah rencana tindakan
yang menjabarkan alokasi sumber daya dan aktivitas lain untuk menanggapi
lingkungan dan membantu organisasi mencapai sasarannya.
Intinya strategi adalah pilihan untuk melakukan
aktivitas yang berbeda atau untuk melaksanakan aktivitas dengan cara berbeda
dari pesaingnya
Apakah Manajemen Strategi?
Manajemen
strategi (strategic management) adalah seperangkat keputusan dan tindakan yang
digunakan untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi-strategi yang
berdaya saing tinggi dan sesuai bagi perusahaan dan lingkungannya untuk
mencapai sasaran organisasi.
Beberapa pertanyaan
yang sering diajukan para manajer seperti:
1. Perubahan dan tren apa yang terjadi pada lingkungan
yang kompetitif?
2. Siapakah konsumen kita?
3. Produk atau pelayanan apa yang seharusnya kita
tawarkan?
4. Bagaimana kita dapat menawarkan produk dan pelayanan
seefisien mungkin?
Jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan di atas dapat membantu manajer membuat pilihan
mengenai bagaimana memposisikan organisasi yang penuh dengan perusahaan
pesaing.
Tujuan Manajemen Strategi
Melaksanakan
dan mengevaluasi strategi yang dipilih secara efektif dan efisien. Mengevaluasi
kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi serta melakukan berbagai
penyesuaian dan koreksi jika terdapat penyimpangan di dalam pelaksanaan
strategi.
Senantiasa
memperbarui strategi yang dirumuskan agar sesuai dengan perkembangan lingkungan
eksternal.Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
bisnis yang ada.Senantiasa melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuai
dengan selera konsumen.
Manfaat Manajemen Strategi
Aktivitas formulasi strategi akan mempertinggi
kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
perusahaan.Proses manajemen strategi akan memberikan hasil keputusan terbaik
dikarenakan interaksi kelompok mengumpulkan berbagai strategi yang lebih besar.
Keterlibatan
karyawan di dalam formulasi strategi akan dapat memperbaiki pengertian mereka
atas penghargaan produktivitas di dalam setiap perencanaan strategi dan dengan
demikian dapat mempertinggi motivasi kerja mereka.Penerapan manajemen strategi
membuat manajemen perusahaan menjadi lebih peka terhadap ancaman yang datang
dari luar perusahaan.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan konsep manajemen
strategi akan lebih profitable (menguntungkan) dan lebih berhasil daripada yang
tidak menerapkannya.
Strategi Besar (Grand Strategy)
Adalah
rencana umum berupa tindakan-tindakan besar yang digunakan perusahaan untuk
meraih sasaran jangka panjang. Strategi besar dibedakan dalam 3 kategori:
1. Pertumbuhan (Growth), dapat dilakukan secara internal
meliputi pengembangan dari produk baru atau produk lama yang mengalami
perubahan dan secara eksternal dengan memperoleh tambahan divisi bisnis atau
diversifikasi yang artinya mengakuisisi bisnis yang terkait dengan lini produk
saat itu.
2. Stabilitas (Stability) atau Strategi Diam, artinya
adalah bahwa organisasi ingin tetap berada pada ukurannya yang sama atau tumbuh
perlahan dengan cara-cara yang masih dapat dikendalikan.
3. Pemangkasan (Retrenchment), berarti organisasi
terpaksa melalui periode terjadinya penurunan dengan penyusutan unit bisnis
yang ada saat ini atau menjual atau melikuidasi keseluruhan unit bisnis.
2.2. Strategi
Global
Di
arena internasional, perusahaan-perusahaan menghadapi dilema strategi antara
integrasi global dan tanggung jawab nasional (national responsiveness).
Organisasi harus memutuskan apakah ia ingin agar setiap afiliasinya bertindak
secara otonomi atau apakah aktivitas yang dilakukan harus distandarisasi dan
disentralisasikan di seluruh negara.
Ada 3 kategori
strategi global:
1. Strategi Globalisasi (Globalization Strategy),
merupakan standarisasi rancangan produk dan strategi periklanan di seluruh
dunia.
2. Strategi Multidomestik (Multidomestic Strategy),
adalah modifikasi desain produk dan strategi periklanan untuk mengakomodasi
kebutuhan spesifik dari masing-masing negara. Maksudnya adalah perusahaan
multinasional ada di sejumlah negara, namun periklanan dan rancangan produknya
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing negara.
3. Strategi Transnasional (Transnational Strategy), yaitu
strategi yang mengkombinasikan koordinasi global untuk meraih efisiensi dengan
fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada berbagai negara.
2.3. tingkat Setrategi
Terdapat
2 tingkatan strategi dalam organisasi yaitu:
1. Strategi Tingkat Bisnis (Business Strategy)
Bisnis
biasanya diformulasikan oleh manajer tingkat bisnis melalui negosiasi dengan
manajer korporasi dan memusatkan kepada bagaimana cara bersaing dalam dunia
bisnis yang ada. Strategi bisnis harus melalui dan diperoleh serta didukung
oleh strategi korporasi.
2. Strategi Tingkat Fungsional (Functional Strategy)
Ditetapkan oleh tingkat manajemen tertinggi di dalam
organisasi dan mengarah kepada bisnis apa yang akan dilakukan serta bagaimana
sumber daya dialokasikan di antara bisnis tersebut.Strategi korporasi secara
umum melibatkan tujuan jangka panjang yang berhubungan dengan organisasi secara
keseluruhan dan investasi keuangan secara langsung.Mempunyai lingkup yang lebih
sempit lagi dibandingkan strategi korporasi dan strategi bisnis.
Berhubungan
dengan fungsi bisnis seperti fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi SDM,
fungsi keuangan, fungsi riset dan pengembangan (R&D).
Strategi
fungsional harus mengarah kepada strategi bisnis dan konsep mereka yang paling
utama adalah tergantung kepada hasil jawaban bagaimana cara menerapkannya.
2.4. Proses
Manajemen Strategi
Secara
umum proses manajemen strategi terdiri dari 4 tahap, yaitu:
Menetapkan arah dan misi organisasi. Memahami lingkungan internal dan eksternal organisasi,
Menetapkan arah dan misi organisasi. Memahami lingkungan internal dan eksternal organisasi,
Memformulasikan
strategi, Mengimplementasikan strategi, dan Mengevaluasi dan mengawasi
strategi. Formulasi strategi melibatkan penetapan serangkaian tindakan yang
tepat guna mencapai tujuan perusahaan. Formulasi strategi ini meliputi
pengembangan misi bisnis, analisa SWOT:mengidentifikasi peluang dan ancaman
eksternal serta mengukur dan menetapkan kelemahan dan kekuatan internal dan
menetapkan tujuan jangka panjang.
2.4.1. Menetapkan arah dan misi
organisasi
Setiap organisasi
pasti mempunyai visi,misi dan tujuan. Visi,misi dan tujuan ini akan menentukan
arah yang akan dituju oleh organisasi. Tanpa adanya visi,misi, dan tujuan maka
kinerja organisasi akan berjalan acak dan kurang jelas serta mudah berubah dan
diombang-ambingkan oleh situasi eksternal.
Perubahan yang tidak
mempunyai visi, misi dan tujuan seringkali bertindak spontantitas dan kurang
sistematis seperti yang dilakukan oleh pedagang kecil hanya untuk memperoleh
sesuap nasi. Tentunya hal ini tidak boleh terjadi bagi suatu organisasi bisnis
(perusahaan) apalagi jika perusahaan tersebut boleh dikatakan skala menengah
dan atas.
2.4.2. Memahami lingkungan
internal dan eksternal
Tujuan analisis
lingkungan adalah untuk dapat mengerti dan memahami lingkungan oraganisasi
sehingga manajemen akan dapat melakukan reaksi secara tepat terhadap setiap
perubahan, selain itu agar manajemen mempunyai kemampuan merespon berbagai isu
kritis mengenai lingkungan yang mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap
perusahaan.
Lingkungan terdiri
dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal berada
di luar perusahaan sedangkan lingkunga internal berada di dalam perusahaan.
1. Lingkungan eksternal:
Memiliki
dua variabel yakni peluang (opportunity) dan acaman (threats)
Terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan tugas dan lingkungan umum.
Terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan tugas dan lingkungan umum.
2. Lingkungan internal:
Memiliki dua variabel yakni kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness)
Mencakup semua unsur bisnis yang ada di dalam perusahaan seperti struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan dan sumber daya.
Mencakup semua unsur bisnis yang ada di dalam perusahaan seperti struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan dan sumber daya.
2.4.3. Analisa
SWOT
SWOT merupakan
singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang)
dan threats (ancaman). Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekutaan dan
kelemahan internal organisasi dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal
organisasi.
1. Kekuatan (strength) adalah suatu kondisi di mana
perusahaan mampu melakukan semua tugasnya secara sangat baik (diatas rata-rata
industri).
2. Kelemahan (weakness) adalah kondisi di mana perusahaan
kurang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik di karenakan sarana dan
prasarananya kurang mencukupi.
3. Peluang (opportunity) adalah suatu potensi bisnis
menguntungkan yang dapat diraih oleh perusahaan yang masih belum di kuasai oleh
pihak pesaing dan masih belum tersentuh oleh pihak manapun.
4. Ancaman (threats) adalah suatu keadaan di mana
perusahaan mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kinerja pihak pesaing, yang
jika dibiarkan maka perusahaan akan mengalami kesulitan dikemudiaan hari.
2.4.4. Mengimplementasikan
strategi
Di dalam implementasi
strategi, perusahaan diharapkan menetapkan atau merumuskan tujuan perusahaan
tahunan (annual objective of the business), memikirkan dan merumuskan
kebijakan, memotivasi karyawan serta mengalokasikan sumber daya sehingga
strategi yang telah di formulasikan dapat dilaksanakan.
Mengimplementasikan
berarti menggerakan para karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang
telah formulasikan menjadi tindakan nyata. Implementasi strategi memerlukan
kinerja dan disiplin yang tinggi tetapi juga diimbangi dengan imbalan yang
memadai.
Tantangan
implementasi adalah menstimulir para manajer dan karyawan melalui organisasi
agar mau bekerja dengan penuh kebanggaan dan antusias ke arah pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
2.4.5. Mengevaluasi
dan mengawasi strategi
Evaluasi dan
pengawasan strategi merupakan tahap terakhir di dalam proses strategi. Pada
dasarnya evaluasi strategi mencakup 4 hal, yaitu:
1. Mereview faktor internal dan eksternal yang menjadi
dasar bagi strategi yang sedang berlangsung,
2. Mengukur kinerja yang telah dilakukan, dan
3. Mengambil berbagai tindakan perbaikan.
Evaluasi strategi
sangat diperlukan sebab keberhasilan perusahaan dewasa ini tidak menjadi
jaminan keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang.
2.5. Strategi
Korporasi (Corporate Strategy)
Strategi
korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak dan dirancang sedemikian rupa guna
mencapai tujuan organisasi. Memformulasikan strategi korporasi di dalam
perusahaan besar akan sangat sulit sekali sebab banyak sekali strategi tingkat
bisnis yang sangat berbeda dan memerlukan koordinasi guna mencapai tujuan
organisasi secara keseluruhan. Demikian model strategi yang dipakai adalah
portofolio bisnis, sebagai berikut:
Strategi Portofolio
Strategi
portofolio adalah tipe strategi tingkat perusahaan yang berhubungan dengan
bauran antara unit-unit bisnis (UBS=SBU) dan lini-lini produk yang sesuai satu
sama lain dalam cara-cara yang masuk akal sehingga memberikan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan.
UBS
(Unit Bisnis Strategi) merupakan suatu divisi organisasi yang memiliki misi
bisnis, lini produk, pesaing dan pasar berbeda terhadap UBS lain dalam
organisasi yang sama.
Matriks
BCG (Boston Consulting Group) mengorganisir bisnis-bisnis dalam dua dimensi
yaitu pertumbuhan bisnis dan pangsa pasar (market share).Tingkat pertumbuhan
bisnis (Business Growth Rate) berkaitan dengan seberapa cepat industri
mengalami peningkatan.Pangsa pasar (market share) mendefinisikan apakah sebuah
unit bisnis memiliki pangsa yang lebih kecil atau lebih besar dibandingkan
dengan pesaingnya.
2.6. Strategi
Bisnis (Business Strategy)
Merumuskan
strategi bisnis melibatkan pengambilan keputusan pada tingkat unit bisnis. Di dalam
strategi tingkat ini yamh ditujukan adalah bagaimana cara bersaingnya.
Pendekatan yang berguna di dalam merumuskan strategi bisnis sebainya didasarkan
atas analisis persaingan yang dicetuskan oleh Michael Porter:
2.6.1.
Lima Kekuatan Kompetitif Porter:
Pendekatan Porter
didasarkan atas analisis 5 kekuatan persaingan. Tekanan persaingan mencakup:
1. Ancaman Pendatang Baru, perusahaan yang memasuki
industri yang membawa kapasitas baru dan ingin memperoleh pangsa pasar yang
baik dan laba, akan tetapi semua itu sangat tergantung kepada rintangan atau
kendala yang mengitarinya.
2. Daya Tawar Menawar Pemasok, pemasok dapat juga menjadi
ancaman dalam suatu industri sebab pemasok dapat menaikkan harga produk yang
dijual atau mengurangi kualitas produk. Jika harga produk pemasok naik maka
harga pokok perusahaan juga naik sehingga akan menaikkan harga jual produk.
Jika harga jual produk naik maka sesuai dengan hukum permintaan, permintaan
produk akan menurun. Begitu pula jika pemasok menurunkan kualitas produk, maka
kualitas produk penghasil juga akan turun, sehingga akan mengurangi kepuasan
konsumen.
3. Daya Tawar Menawar Pembeli, pembeli akan selalu
berusaha mendapat produk dengan kualitas baik dan dengan harga yang murah.
Sikap pembeli semacam ini berlaku universal dan memainkan peran yang cukup
menentukan bagi perusahaan. Jika suatu produk dinilai harganya jauh lebih
tinggi dari kualitas (harganya tidak mencerminkan yang sepantasnya) maka
pembeli (konsumen) tidak akan membeli produk perusahaan.
4. Daya Tawar Produk Pengganti, produk pengganti secara
fungsional mempunyai manfaat yang serupa dengan produk utama (asli), namun
memiliki kualitas produk dan harga yang lebih rendah. Umumnya, produk pengganti
disenangi oleh orang yang berpenghasilan rendah akan tetapi ingin tampil dengan
status lebih tinggi dari keadaan sebenarnya.
5. Persaingan Antar Pesaing, persaingan konvensional
selalu berusaha sekeras mungkin untuk merebut pangsa pasar perusahaan lain.
Konsumen merupakan objek persaingan dari perusahaan yang sejenis yang bermain
di pasar. Siapa yang dapat memikat hati konsumen maka perusahaan akan dapat
memenangkan persaingan. Untuk dapat memikat konsumen maka berbagai cara
dilakukan mulai dari memberikan fasilitas khusus, pemberian kredit dengan
syarat ringan, harga murah atau diskon.
2.6.2.
Strategi Kompetitif Porter
Diferensiasi
(Differentiation), adalah salah satu tipe strategi kompetitif di mana
organisasi berupaya membuat produk atau jasa yang ditawarkannya berbeda dengan
pesaing. Organisasi dapat menggunakan periklanan, fitur produk yang berbeda,
pelayanan atau teknologi baru untuk meraih persepsi produk yang dianggap unik.
Kepemimpinan Biaya
(Cost Leadership), merupakan salah satu tipe strategi kompetitif di mana
organisasi secara agresif berupaya menjadi lebih efisien (melakukan reduksi
biaya) dari pesaing-pesaingnya dengan memotong biaya produksi dan pengawasan
biaya yang sangat ketat.
Fokus (Focus), adalah
salah satu tipe strategi kompetitif yang menekankan pada kondentrasi terhadap
suatu segmen pasar atau kelompok pembeli tertentu.
2.7.
Teori-Teori Kewirausahaan
Menurut A. Pakerti, berwirausaha senantiasa
melibatkan dua unsur pokok, yaitu soal peluang dan soal kemampuan menggapi
peluang. Hal ini dituangkan dalam teori:
1. Teori Ekonomi
Menyatakan bahwa wirausaha itu akan muncul dan berkembang kalau ada
peluang ekonomi. Misalnya ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dimasa
depan merupakan peluang usaha. Disamping kebutuhan ekonomi, kemajuan teknologi
juga membuka peluang usaha.
2. Teori Sosiologi
Para ahli sosiologi mencoba menerangkan mengapa berbagai kelompok social
(kelompok ras, suku, agama, dan kelas sosial) menunjukkan tanggapan yang
berbeda-beda atas peluang usaha.Mereka meneliti faktor-faktor sosial budaya
yang menerangkan perbedaan kewirausahaan antara berbagai kelompok itu.Hagen
mengemukakan teori bahwa dalam kelompok itu orang didorong menjadi wirausaha
karena sebagai kelompok mereka dipandand rendah oleh kelompok elite dalam
masyarakatnya.Kelompok yang makin direndahkan kedudukan sosialnya makin besar
kecenderungan kewirausahaannya.
3. Teori psikologis
Perintis teori psikologi adalah David
McCleland, ia menalarkan adanya hubungan antara perilaku kewirausahaan
dengan kebutuhan untuk berprestasi (need
for achievement atau nAch). Selanjutnya secara 2empiris ia menemukan
korelasi positif antara kuatnya nAch dan perilaku wirausaha yang berhasil. nAch
terbentuk pada masa kanak-kanak dan antaranya ditentukan oleh bacaan untuk
Sekolah Dasar. Ini berarti itu harus ditanamkan sejak dini.Namun motif
berprestasi bisa ditingkatkan melalui latihan pada orang dewasa.
4. Teori Perilaku
Wesper memandang perilaku wirausaha sebagai kerja. Ia menyimpulkan bahwa
keberhasilan seseorang wirausaha tergantung dari :
1.
Pilihan tempat kerjanya sebelum mulai sebagai wira usaha
2.
Pilihan bidang usahanya, kerjasama dengan orang lain
3.
Kepiawaian dalam mengamalkan manajemen yang tepat.
Ducker memandang kewirausahaan sebagai
perilaku, bukan sebagai sifat kepribadian.Kewirausahaan adalah praktek kerja
yang bertumpu pada konsep dan teori, bukan intuisi.Karena itu kewirausahaan
dapat dipelajari dan dikuasai secara sistematik dan terencana. Iamenyarankan
tiga macam unsure perilaku untuk mendukung berhasilnya praktek kewirausahaan :
1.
Inovasi bertujuan
2.
Manajemen-wirausaha
3.
Strategi-wirausaha
Menurut Ducker dasar pengetahuan
kewirausahaan adalah inovasi, artinya cara baru memanfaatkan sumber daya untuk
menciptakan kekayaan. Untuk membuahkan inovasi kita memperhatikan perubahan
perubahan yang terjadi disekitar kita secara sistematis.Ini menyangkut kepekaan
dan ketrampilan diagnostic, dua macam kemampuan yang bisa dipelajari lewat
latihan.3.
Orang yang mendirikan perusahaan harus tahu
manajemen dan cara mengamalkannya. Manajemen kewirausahaan mengutamakan empat
hal:
1.
Fokus dasar
2.
Antisipasi kebutuhan keuangan
3.
Menyiapkan dan menyusun tim manajemen puncak, jauh sebelum diperlukan
4.
Penentuan peran di pendiri dalam hubungannya dengan orang lain.
Strategi wirausaha yang diperlukan untuk
menempatkan diri dalam pasar:
1.
Pemimpin yang dominan dalam pasar
2.
Imitasi kreatif
3.
Monopoli dengan produk atau jasa yang sangat khusus
4.
Menciptakan konsumen baru dengan menciptakan produk dan jasa baru.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian
Dan Pentignya Manajemen
3.1.1.Pengertian manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui
proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi,
manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Karena manajemen diartikan mengatur maka timbul beberapa pertanyaan bagi kita.
Apa yang diatur?
Yang diatur adalah adalah semua unsur-unsur
manajemen yang terdiri dari men, money, methodes, mterials, mahines, and
market, disingkat dengan 6M dan semua aktifitas yang ditimbulkannya dalam
proses manajemen itu.
Kenapa harus diatur?
Agar 6M tiu lebih berdaya guna,
berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang
optimal.
Siapa yang mengatur?
Yang mengatur adalah pemimpin
dengan wewenang kepemimpinannya melalui intruksi atau persuasi, sehingga 6M dan
semua proses manajemen tertuju serta terarah kepada tujuan yang diinginkan.
Bagaimana
mengaturnya?
Mengaturnya yaitu melalui proses
dari urutan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian = planning,
organizing,directing, and controling).
Dimana harus diatur?
Dalam suatu organisasi atau
perusahaan, karena organisasi merupakan “alat” dan “wadah” (tempat) untuk
mengatur 6M dan semua aktivitas proses manajemen dalam mencapai tujuannya.
Tegasnya, pengaturan hanya dapat dilakukan di dalam suatu organisasi
(wadah/tempat).Sebab dalam wadah (organisasi) inilah tempat kerjasama, proses
manajemen, pembagian kerja, delegation of
authority, koordinasi, dan integrasi dilakukan untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai.
Manajemen dan organisasi bukanlah
tujuan,tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan
yang ingin dicapai itu adalah pelayanan dan atu laba (profit).
Walaupun manajemen dan organisasi
hanya merupakan “alat dan wadah” saja, tetapi harus diatur dengan sebaik-baiknya.
Jika manajemen dan organisasi baik maka tujuan optimal dapat diwujudkan,
pemborosan terhindari,dan semua potensi yang dimilika akan lebih bermanfaat.
Mismanagement
(salah arus) harus dihindari, karena mismenagement akan menimbulkan kerugian,
pemborosan, bhkan tujuan tidak akan tercapai. Untuk lebih jelasnya pengertian
manajemen penulis mengutip beberapa definisi sebagi berikut:
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya secara efektif dan
efisien untuk suatu tujuan tertentu.
G.R. Terry
Management
is a distince process consisting of planning, organizing, actuating, and
controling performend to determine and accomplish stated objectives by the use
of human being and other resources.
Artinya:
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia.
Harold Koontz dan Cyril O’donel
Management
is getting things done through people. In bringing about this coordinating of
group activity, the manager plans, organizes staffs, direct, and control the
activites other people.
Artinya: Manajemen adalah usaha mencapai sutu
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikain menajer mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain sng meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penempatan pengarahan dan pengendalian.
Dari
definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1.
Manajemen
mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
2.
Manajemen
merupakan perpaduan antara ilmu dan seni.
3.
Manajemen
merupakan proses yang sistematis,terkoordinasi, koperatif,dan terintegrasi
dalam memanfaatkan unsur-unsurnya (6M).
4.
Manajemen
baru dapat diterapkan jika ada 2 orang atau lebih melakukan kerjasaman dalam
suatuorganisasi.
5.
Manajemen
harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas,dan tanggung jawab.
6.
Manajemen
terdiri dari beberapa fungdi (POSD dan C).
7.
Manajemen
hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
3.1.2.
Pentingnya Manjemen
Pada dasarnya kemampuan manusia tiu terbatas (fisik,
pengetehuan, waktu, dan
perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi
kebutuhan danterbatasnya kemampuan dalam elakukan pekerjaan mendorong manusia
membgi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja,
tugas, dan tanggung jawab ini maka terbntuklah kerja sama dan keterikatan
formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat
dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujusn ysng diinginkan
tercapai.
Apa dan mengapa manajemen itu penting?
Pada dasarnya
manajemen itu penting, sebab:
1.
Pekerjaan
itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian
kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.
2. Perusahaan akan dapat berhasil baik, jika
manajemen diterpkan dengan baik.
3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya
guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.
4. Manajemen yang baik akan mengurangi
pemborosan-pemborosan.
5. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk
mewujudkan dengan memanfaatkan 6M dalam proses manajemen tersebut.
6. manajemen perlu untuk kemajuan dan
pertumbuhan.
7. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan
secara teratur.
8. Manajemen merupakan suatu pedaoman pikiran
dan tindakan.
Manajemen selalu terdapat dan sangat penting untuk
mengatur semua kegiatan dalam rumah
tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintahan, dan lain sebaginya.
Dengan manajemen yang baik aka pembinan kerja sama akan serasi dan harmonis,
saling menghormati dan mencintai sehingga tujuan optimal akan tercapai. Begitu
pentingnya peranan manajemen dalam kehidupan manusia mengharuskan kita
mempelajari, menghayati, dan menerapkan demi hari esok ang lebih baik, dan
rumah tangga yang sakinah.
Apakah dasar (persyaratan) supaya manajemen dapat
diterapkan?
Manajemen
pada dasarnya baru dapat diterapkan jika:
1.
Ada
tujuan bersama dan kepentingan yang sama yang akan dicapai.
2.
Ada
kerja sama diantara sekelompok orang dalam ikatan formal dan ikatan tata tertib
yang baik.
3.
Ada
pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab yang teratur.
4.
Ada
hubungan formal dan ikatan kerja yang tertib.
5.
Ada
sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan.
6.
Ada
organisasi (wadah) untuk melakukan kerja sama.
7.
Ada
wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) dari setiap individu
anggots.
8.
Ada
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS) dari proses manajemen tersebut.
9.
Ada
pemimpin/pengatur dan bawahan yang akan diatur.
10. Ada relationship in organization dan human organization.
11. Ada the nature
of men and the nature of organization.
12. Ada komunikasi dan delegation
of authority.
3.2. Azas-Azas
Manajemen
Asas
(prinsip) merupkan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat
dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil
penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu
pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “itisari” kebenaran-kebenaran dasar
dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesutu yang
absolut atau mutlak. Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan
keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.
Asas bukanlah hukaum atau dogma,
tetapi hanya sebagai hipotesis yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis,
relevan, dan konsisten. Dengan menggunakan asas-asas manajemen, seorang menejer
dapat mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam menjalankan
pekerjaannya, dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan semakin besar. Manajer
secara beralasan dapat meramalkan hasil-hasil usaha ataukegiatan-kegiatannya.
3.2.1. Asas-asas
umun manajemen
Asas-asas manajemen (general
principles of managenent), menurut:
Henry
Fayol
1.
Division of work (asas pembagian kerja).
2. Authority
and responsibility (asas wewenang dan
tanggung jawab).
3. Discipline (asas disiplin).
4. Uniti
of command (asas kesatuan
perintah).
5. Unity
of direction (asas kesatuan
jurusan atau arah)
6. Subordination
of individual interest into general interest (asas kepentingan umun di atas kepentingan pribadi).
7. Renumeration
of personel (asas pembagian gaji
yang wajar).
8. Centralization
(asas pemutusan wewenang).
9. Scalar
of chain (asas haeraki atau
asas rantai berkala)
10. Order (asas keteraturan)
11. Equiliti (asas keadilan)
12. Initiative (asas inisiatif)
13. Esprit
de corps (asas kesatuan)
14. Stabiliti
of turn-over personnel
(asas kestabilan masa jabatan)
F. W. Tayor
1. Pengembangan
metode-metode kerja yang terbaik.
2. Pemilihan
serta pengembangan para pekerja.
3. Usaha untuk
menghubungkan dan mempersatukan metode kerja yang terbaik dengan para pekerja
yang terpilih dan terlatih.
4. Kerja sama
yang harmonis antara manajer dan nonmajer, meliputi pembagian kerja dan
taanggung jawab manajer untuk merencanakan pekerjaan.
Harrington Emerson
1.
Memberi
batasan tujuan dengan tegas.
2.
Pikiran
yang sehat.
3.
Nasihat
(konsultasi) yang konsekuen.
4.
Tata
tertib.
5.
Penjelasan
yang jujur.
6.
Laporan
yang dapat dipercaya, segera, dan memadai.
7.
Pengiriman
(penyaluran).
8.
Standardisasi
dan penjadwalan.
9.
Keadaan
yang distandarkan.
10. Standardisasi operasi.
11. Pengubahan instruksi praktis yang standar.
12. Penghargaan keefektifan.
Kesimpulan
bahwa asas (prinsip) adalah kebenaran umum yang memberikan dasar pemikiran,
keyakinan, dan pedoman pemecahan problem, pelaksanaannya fleksibel serta
disesuaikan dengan situasi, kebutuhan dan keadaan-keadaan khusus. Jadi, tidak
semua asas itu harus dilakukan
3.3. Ilmu
Dan Seni Manajemen
Ilmu (science) adalah sekumpulan
pengetahuan yang telah disistemmatiskan, dikumpulkan, dan diterima menurut
pengertian kebenaran umu mengenai
keadaan suatu subjek dan objek tertentu.
Science management (manajemen
ilmiah) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang disistematisi, dikumpulkan,dan
diterima menurut pengertian kebenaran-kebenaran universal mengenai manajemen.
Scientific management adalah
manajemen yang menggunakan ilmu (scince) dan scentific method.
Scientific
method adalah suatu pendekatan yang tepat terhadap suatu objek ilmu dan tujuan
utamanya ialah untuk menambah pengetahuan yang sudah ada.
Scientific management
memiliki ciri-ciri sebangai berikut:
1.
Tersusun
ssecara sistematis/teratur.
2. Dapat dipelajari dan diajarkan.
3. Menggunakan metode-metode ilmiah.
4. Dapat dijadiakn suatu teori.
5. Objektif dan rasional.
Scientific manager
ialah manajer yang mengguankan science dsn scientificmethod dalam usaha
memimpin kegiatan-kegiatan bawahannya melalui fungsi-fungsi manajemen.
Seni (art) adalah suatu kreatifitas
pribadi yang kuat dan disertai keterampilan.
Scince mengajarkan kepada orang
suatu pengetahuan, sedangkan art (seni) mendorong orang untuk berpraktek.
Seni manajemen meliputi kecakapan
untuk melihat totalitas dari bagian-bagian yang terpisah dan berbeda-beda,
kecakapa untuk menciptakan sesuatu gambaran tentang visi tertentu, kecakapan
untuk menentukan visi tersebut dengan skills (keterampilan) atau kecakapan yang
efektif.
Manajer adalah seorang ilmuan dan
ekaligus ilmuan, yang mengandalkan diri pada ilmu, ia pun harus mempunyai
“firasat, keyakinan-keyakinan, kreativitas” dan menguasai cara-cara
“penerapannya”.
Perbedaan Science Dan Art
Science/Ilmu: Seni /
art:
1. Berkembang secara teoretis 1. Berkembang
secara praktis
2. Membuktikan 2. Merasa
3. Meramalkan 3. Menerka
4. Memberikan devinisi 4. Menguraikan/mengajarkan
5. Memberikan kepastian/ukuran 5. Memberikan
pendapat
Pengertian Manajemen
dan Organisasi :
- Setiap perusahaan memiliki tujuan, untuk mencapai tujuan perusahaan adalah Manajemen.
- Manajemen dan Organisasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain, manajemen bagian organisasi dan sebaliknya.
- Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan.
- Organisasi merupakan tempat untuk mencapai tujuan.
- Manajemen dapat diartikan sebagai proses dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan tertentu.
- Manajemen adalah proses pengelolaan suatu kegiatan atau usaha dari awal hingga perusahaan berjalan dan bangkrut.
- Manajemen merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan dengan melalui suatu proses.
3.4. Fungsi-FungsiManajemen
Proses
untuk mencapai tujuan menjadi fungsi manajemen:
1. Planning
Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan
ditempuh dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Organizing
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan berbagai
kegiatan atau pekerjaan dalam unit-unit.
Tujuannya adalah
supaya tertata dengan jelas antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta
hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing-masing.
3. Actuating
Menggerakkan atau melaksanakan adalah proses untuk
menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi.
4. Controling
Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai
pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana.
Suatu usaha yang
telah dipilih oleh wirausahawan tidak serta merta akan memberikan jaminan bahwa
usaha yang dipilihnya tersebut akan mendatangkan keuntungan jika usaha tersebut
tidak dikelola secara professional. Pengelolaan usaha yang baik dapat anda
lakukan dengan mengacu pada manajemen bisnis, langkah ini merupakan
salah satu jalan menuju keberhasilan usaha.
Seorang wirausahawan
harus mempunyai rencana yang matang mengenai perencanaannya. Rencana tersebut
mencakup: bisnis apa yang dimiliki, memulai sendiri atau membeli suatu
perusahaan yang ada, mengetahui apa dan di mana pasar untuk produk atau
servisnya. Memulai suatu tidaklah mudah karena banyak tantangan-tantangan yang
harus dihadapi.
Untuk suksesnya suatu
permulaan kita memerlukan :
1.
Adanya
peluang usaha yang sangat solid.
2.
Memiliki
keahlian dan kemampuan dalam bidang yang akan ditekuninya.
3.
Pendekatan
yang benar dalam menjalankan usaha, dan
4.
Memiliki
dana yang cukup untuk memulai dan mengoperasikan usaha tersebut hingga dapat
berdiri sendiri (Harper,1991).
Dalam
memulai usaha baru kita harus mempelajari situasi pasar maupun keadaan industri
yang akan dimasuki. Keadaan pasar tersebut mungkin telah dipenuhi oleh para
pesaing lainnya sehingga tidak mudah untuk dimasuki, mungkin juga pasar yang
dituju tersebut telah jenuh. Era orientasi produksi dan orientasi pemasaran
tampaknya akan segera berlalu memasuki era baru yaitu era persaingan (competition
era). Untuk itu perlu sekali menganalisis situasi kekuatan-kekuatan pesaing
yang ada di pasar dengan cermat.
Michael Porter (1895) mengungkapkan adanya lima kekuatan persaingan
yang menentukan di sektor industri yaitu :
1) Ancaman dari
pendatang baru
2) Ancaman dari
barang atau jasa substitusi
3) Kekuatan tawar
menawar dari pemasok
4) Kekuatan tawar
menawar dari pembeli, dan
5) Persaingan
diantara para pesaing yang ada
Untuk
menghadapi situasi pasar dalam industri tersebut Porter juga mengemukakan
beberapa dasar strategi yang generik.
Untuk pasar
industri dengan target yang lebih luas dapat diterapkan strategi :
a) Produk yang
berbeda (product differentiation)
b) Keunggulan biaya (cost
leadership)
c) Biaya fokus (cost
focus)
d) Perbedaan fokus (focused
differentiation)
Perusahaan
dapat meluncurkan produk yang berbeda dari pesaing lainnya dengan memproduksi
produk inovatif atau paling tidak ada perbedaan yang lebih bermanfaat
dibandingkan dengan produk pesaing lainnya. Strategi lain adalah dengan
memanfaatkan keunggulan biaya.
Keunggulan
biaya ini dapat mengakibatkan biaya produksi kita lebih rendah sehingga dapat menjual
dengan harga yang lebih kompetitif. Sedangkan untuk pasar industri dengan
target yang lebih sempit kita dapat menggunakan strategi dengan memfokuskan
keunggulan biaya atau memfokuskan differensiasi produk pada segmen pasar
tertentu yang mampu dikuasai.
Pengertian
Kewirausahaan
Dalam
mengartikan kewirausahaan terlebih dahulu harus memahami arti dari wirausaha
dan wirausahawan. Oke, mari kita bahas satu persatu beberapa pendapat para
ahli mengenai pengertian
kewirausahaan.
Wirausaha dari segi etimologi
berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia
unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti
perbuatan amal, berbuat sesuatu. Sedangkan Wirausahawan menurut Joseph Schumpeter (1934) adalah seorang
inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk : (1)
memperkenalkan produk baru, (2) memperkenalkan metode produksi baru, (3)
membuka pasar yang baru (new market), (4) memperoleh sumber pasokan baru dari
bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu
industri. Dari arti wirausaha dan wirausahawan tersebut, maka pengertian
kewirausahaan dapat diartikan sebagai berikut :
- Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Achmad Sanusi, 1994).
- Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). (Drucker, 1959).
- Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. (Zimmerer, 1996).
- Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (star-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth). (Soeharto Prawiro, 1997).
- Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. (Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995).
- Kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. (Soeparman Spemahamidjaja, 1977).
- Kewirausahaan adalah suatu sifat keberanian, keutamaan dalam keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. (S. Wijandi, 1988).
Peran Pendidikan dalam Pembentukan Wirausaha
Bagaimana peran pendidikan
dalam proses pembetukan kewirausahaan?
Masih ada perdebatan
mengenai pertanyan ini. Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya
dalam memahami dunia wirausaha, namn ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang
wirausaha lebih memiliki streetsmart
dari pada booksmart, maksudnya
adalah seorang wirausaha lebih mengutamakan untuk belajar dari pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan
belajar dari buku dan pendidikan formal (booksmart).
Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jika pendapat tersebut benar
maka secara tidak langsung usaha-usaha yang dilakukan untuk mendorong lahirnya
jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal pada akhirnya sukar untuk
berhasil.
Terhadap pendangan di
atas, Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya
masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan dia
mengatakan bahwa kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah karena dia
lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun dia juga tidak
menganggap remeh arti pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumber
kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi
miskin pengalamam lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan
pengalaman adalah faktor utaman yang menentukan keberhasilan wirausaha.
Menurut Eels (1984)
dan Mas’oed (1994), dibandingkan dengan tenaga lain tenaga terdidik S1 memiliki
potensi lebih besar untuk berhasil menjadi seorang wirausaha karena memiliki
kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang lebih luas.
Seorang sarjana juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan
kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk
menyelesaikan masalah, sehingga pegnetahuan manajemen dan keteknikan yang
memadai mutalk diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan
merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa
pengetahuan keilmuan yang lengkap.
Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha yang memiliki potensi sukses
adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan seta
mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan
oleh wirausaha sebagai sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan disini berarti
pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori sebagai
landasan berpikir.
3.5. Karakteristik Kewirausahaan
Wirausahawan
yang unggul yang mampu menciptakan kreativitas dan inovasi sebagai dasar untuk
hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang
merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan. Beberapa
karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan (Zimmerer, and Scarborough,
1998; Kuratko & Hoodgets, 2007) sebagai berikut:
1. Desire for responsibility
Wirausaha
yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia
lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki
dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang
berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha
yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha seperti: risiko
keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu
meminimalkan risiko.
2. Tolerance for ambiguity
Ketika
kegiatan usaha dilakukan, mau-tidak mau harus berhubungan dengan orang lain,
baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok bahan, pemasok barang, penyalur,
masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mempertahankan
hubungan baik dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hat
yang biasa. Kemampuan untuk menerima keberagaman merupakan .suatu ciri khas
wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka
panjang.
3. Vision
Wirausaha
yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus
dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita dan motivasi mengapa
perusahaan hidup, dan wirausaha akan menterjemahkan ke dalam tujuan,
kebijakan, anggaran, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas
visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, sehingga
kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.
4. Tolerance
for failure
Usaha
yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan balk waktu biaya dan tenaga.
Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan
sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai
kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan
usaha.
5. Internal
locus of control
Didalam
diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh
internal diri sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang memiliki kemampuan
untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. Kerasnya tekanan
kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis
akan meningkatkan tekanan kejiwaan balk mental, maupun moral dalam kehidupan
keseharian. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu
bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.
6. Continuous Improvement
Wirausaha
yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap pengalaman sebagai sesuatu
yang berharga dan melakukan perbaikan terus-menerus. Pengusaha selalu
mencarihal-hal baru yang akan memberikan manfaat balk dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat
dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa
depan.
7. Preference for moderate risk.
Dalam
kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat
wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat
mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi),
moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan risk
averse (orang memiliki sifat suka menghidari risiko) Pada umumnya wirausaha
yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, di
mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini
sejalan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung
sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribadi
yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan (Zimmerer, and Scarborough, 1998)
8. Confidence in their ability to success.
Wirausaha
umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk
berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk meiakukan banyak hal
dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang
keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakinan
kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan
semangat juang dalam melakukan bisnis.
9. Desire for immediate feedback.
Perkembangan
yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menunut wirausaha untuk cepat
mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang.
Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan
balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia
usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha
memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari
pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.
10. High energy level
Wirausaha
pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha
sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi
yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung
sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Bergairah dan mampu menggunakan daya geraknya, ulet tekun dan
tidak mudah putus asa.
11. Future orientation
Keuntungan
usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu
melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja usaha.
melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja usaha.
12. Skill at organizing
Membangun
usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasi sumberdaya yang dimiliki
berupa sumber-sumber ekonomi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk
mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan
organisasi balk orang maupun barang. Wirausaha yang unggul ketika memiliki
kemampuan portofolio sumberdaya yang cukup tinggi untuk dapat bertahan dan
berkembang.
13. High Commitment
Memunculkan
usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam
bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut
guna keberhasilan cita-citanya. Scarborough, et.all (2006) mengungkapkan
step, langkah terakhir seorang wirausaha untuk meningkatkan kreativitas
pendorong kewirausahaan adalah “work, work, work,….”
14. Flexibility
Perubahan
yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha,
bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega seperti;
kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain, kemampuan
bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi wirausaha yang unggul.
3.5.1. Ciri-ciri
dan Sifat kewirausahaan
Untuk
dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri
dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha
adalah:
1. Percaya diri
2. Berorientasikan tugas dan hasil
3. Pengambil risiko
4. Kepemimpinan
5. Keorisinilan
6. Berorientasi ke masa depan
7. Jujur dan tekun
3.5.2. Sifat-sifat seorang wirausaha
Seorang wirausaha harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas,
optimisme.
2. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada
laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja
keras, energik ddan memiliki inisiatif.
3. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada
tantangan.
4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan
orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel,
serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
6. Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi
pada masa depan.
7.
Memiliki
keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
3.6.
Sikap Wirausaha
Dari
daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita
identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya
sehari-hari, sebagai berikut:
Disiplin
Dalam
melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang
tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen
wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat
menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja
dan sebagainya.
Ketepatan
terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan
dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang
wirausahawan meraih keberhasilan.
Kedisiplinan
terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan
wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut
akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi
terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan
kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan
kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
Komitmen Tinggi
Komitmen
adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya,
seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat
progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat
dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang
direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap
orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada
kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang
ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.
Seorang
wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki
nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan
kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga
pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
Jujur
Kejujuran
merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang
wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai
karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai
promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan
dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk
yang dilakukan olehwirausahawan.
Kreatif dan Inovatif
Untuk
memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya
kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh
cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan
produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif
umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru
seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia
usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya
mustahil.
Mandiri
Seseorang
dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan
baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau
bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan
dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap
mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
Realistis
Seseorang
dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai
landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi
tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan
tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan
bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap
masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat
keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
3.7.
Membangun JiwaWirausaha Pada Mahasiswa
Jiwa wirausaha
dan pantang menyerah, memang tidak dimiliki oleh semua orang.Ada orang-orang
yang sejak kecil memiliki jiwa yang kuat dan pantang menyerah menghadapi
permasalahan yang dihadapinya, tetapi ada pula orang-orang yang jika tidak
disuruh atau ditunjukkan secara jelas, tidak bisa berbuat apa-apa alias pasif
dalam menghadapi kehidupan.Namun bukan berarti jiwa itu tidak bisadibangkitkan.
Menurut teori
yang sekarang dianut oleh banyak pengembang bahwa jiwa kewirausahaan itu bisa
dibangkitkan melalui pembelajaran dan pelatihan.Orang-orang yang tadinya tidak
memiliki jiwa wirausaha, setelah melalui pendidikan dan pelatihan bisa menjadi
orang-orang yang hebat dan tangguh.
Karena itu, jika para mahasiswa, setelah
keluar dari perguruan tinggi tidak memiliki jiwa wirausaha itu, mungkin karena
pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi, tidak mengajarkan bagaimana cara
membangkitkan jiwa wirausaha dalam diri mereka, sehingga mereka pasif dalam
menghadapi masa depan mereka. Salah satu alternatif untuk membangkitkan jiwa
wirausaha mahasiswaadalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan tentang
kewirausahaan.
Mungkin setiap
mahasiswa yang akan lulus dari perguruan tinggi, perlu dikasih wawasan dan
bekal tentang kewirausahaan. Pembekalan secara teoritis tentang kewirausahaan
bisa dilakukan secara bersama-sama dalam satu gedung pertemuan selama beberapa
hari, lalu dilanjutkan dengan survey ke beberapa perusahaan atau tempat usaha
yang mungkin bisa diaplikasikan oleh para mahasiswa.
Ada satu
pengalaman menarik di Gontor Ponorogo, yaitu kegiatan raihlah
iqtishadiyah.Setelah para santri menyelesaikan studinya dan sambil menunggu
kelulusan, mereka dibekali dengan teori-teori tentang kewirausahaan. Setelah
itu, mereka diajak keliling Indonesia, ada di antara mereka yang dikirim ke
Jawa Timur, Jawa Tengah dan bahkan Jawa Barat, untuk melakukan studi ke
beberapa tempat usaha yang berkembang, mulai dari perusahaan kecil, menengah
hingga besar.
Dari studi
tour itu, mereka disuruh untuk membuat laporan tentang studi toour tersebut,
lalu disuruh untuk membuat rencana kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh
mereka setelah kembali ke rumah masing-masing. Dari situ ternyata berdampak
sangat luar biasa dalam membangun jiwa wirausaha para lulusan gontor.Banyak di
antara mereka yang setelah pulang dari pondok, langsung merintis usaha sesuai
dengan minat dan bakat mereka masing-masing.Paling tidak 2% dari mereka, berhasil
menjadi wirausahawan yang sukses di masyarakat.
Adapun
dorongan yang diupayakan untuk membangun jiwa mahasiswa untuk berwirausaha dari
pemerintah dan perkampusan yaitu peran corporate social responsibility(CSR)
kian nyata.Tak hanya menjaga citra perusahaan, CSR kini sudah mulai masuk
kampus untuk menumbuhkan sikap wirausaha di kalangan mahasiswa.
Kewajiban
pelayanan sosial berbagai korporasi masih terlalu jamak disinonimkan sebagai
kewajiban moral bagi lingkungan sosial secara ala kadarnya.Tak heran bila
terkadang CSR masih belum dilihat sebagai satu hal penting dalam memberikan
manfaat lebih besar CSR sebetulnya memiliki kekuatan dahsyat daripada sekadar
yang kita bayangkan selama ini. Lebih dari itu, CSR bisa menjadi sarana sangat
efektif dalam membangun jiwa wirausaha para mahasiswa Executive Director CSR
dari CSR Indonesia, koperasi di dalam negeri bisa melakukan berbagai langkah
dalam mengarahkan program CSR sebagai instrumen pendorong lahirnya sikap
wirausaha mahasiswa di berbagai perguruan tinggi.
Di antaranya
menjadikan perguruan tinggi sebagai mitra perusahaan dengan cara membuka
dirinya dalam kegiatan penelitian dan pemagangan yang dilakukan perguruan
tinggi. “Bisa juga (perusahaan) menyediakan dukungan finansial dan sumber daya
lain untuk mempromosikan CSR dan menyediakan berbagai jenis dukungan untuk
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan businessman up.terutama yang
berkaitan dengan bisnis inti perusahaan dengan melibatkan perguruan tinggi,
koperasi sebaiknya mengubah paradigma bahwa program CSR semata-mata bertujuan
memberikan citra yang baik bagi perusahaan.
Lebih dari
itu, dia menilai, CSR bisa membangun komunitas (community development)
wirausaha.CSR juga bisa digunakan sebagai investasi komunitas (community
investment) tersebut. “Seperti program pengenalan kewirausahaan
dilingkungan kampus semacam ini, perusahaan dapat membantu meningkatkan
pemahaman dosen dan mahasiswa, sekaligus memotivasi mereka menjadi para pelaku
usaha pada masa depan,” katanya. perusahaan selama ini menempatkan CSR sebagai
bagian dari strategi “mematuhi” dan “melampaui” atas berbagai tantangan sosial
di lingkungan sekitarnya.
Dengan
bersikap mematuhi, perusahaan tersebut berbuat untuk berbagai perubahan
signifikan dalam kinerja sosial dan lingkungan.“Sedangkan dengan sikap
melampaui, perusahaan akan melakukan perubahan kinerja sebelum mendapat tekanan
dari masyarakat,” mahasiswa sekarang sudah harus menanamkan diri kemandirian
berupa jiwa wirausaha.Dengan begitu, diharapkan mahasiswa siap hidup mandiri
selepas meninggalkan bangku kuliah.“Ubah paradigma dari sekarang dari job
seeker menjadi job creator.
Bentuk
karakter yang produktif, jangan konsumtif.Bersiap menghadapi berbagai kendala
yang dapat menghambat kemajuan usaha kita,” bekal pertama yang harus dimiliki
mahasiswa dalam membentuk jiwa wirausahanya adalah memiliki keyakinan kuat
dalam menggapai cita-citanva melalui aktivitas kewirausahaan.para mahasiswa
untuk mengembangkan minat berwirausaha ini sejak di bangku kuliah “Unpad telah
menjaring berbagai proposal kewirausahaan dari mahasiswa untuk ditindaklanjuti
menjadi sebuah usaha bisnis baru yang dijalankan mahasiswa dengan bantuan
pembiayaan dari berbagai pihak, seperti pihak Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Depdiknas dan pihak perbankan.”
Kendati begitu,
para dosen juga berperan penting dalam mendorong jiwa wirausaha mahasiswa para
dosen bisa menyisipkan dan menggiatkan materi kewirausahaan ini kepada para
mahasiswa melalui materi perkuliahan Pemerintah berharap, jumlah wirausaha
dalam negeri bisa naik menjadi2%-3% dari saat ini O,18% melalui pendidikan
kewirausahaan di berbagai lembaga pendidikan dalam negeri. Tahun 2010 misalnya,
ditargetkan 10.000 mahasiswa siap menjadi wirausaha muda yang mandiri.
Depdiknas
melalui Ditjen Dikti memiliki banyak skema dalam mendorong wirausaha mahasiswa.
Skema pertama adalah pemberian dana bantuan kepada perguruan-perguruan tinggi
sebagai bentuk bantuan permodalan bagi mahasiswa dalam Program Mahasiswa
Wirausaha (PMWi Dikti).
Skema ini
diterapkan melalui perguruan tinggi negeri badan hukum milik negara 1 BUMN
sebesar Rp2 miliar, Rp l miliar untuk universitas, institut dan sekolah tinggi
negeri non BUMN, Rp500 juta untuk politeknik negeri, dan Rp l miliar untuk
setiap Koordinator Perguruan Tinggi Swasta.Skema kedua adalah pendampingan
mahasiswa yang menerima bantuan permodalan.
Melalui skema ini telah melatih 1000 dosen
dari 300an perguruan tinggi dalam Training Trainer Dosen Kewirausahaan yang
bekerja sama dengan Universitas Ciputra Enter-preneurship Center (UCECI.) Skema
ketiga merealisasikan program Cooperative Academic Education (COOP Program).
Melalui program ini diikuti memberikan pengajaran wirausaha bagi mahasiswa S-l
yang telah mencapai semester enam dan diberikan kesempatan bekerja di industri,
perusahaan, dan usaha kecil dan menengah (UKM selama 3-6 bulan).Skema keempat,
membangun jaringan sinergi business intellectual government (BIG) antara
Depdiknas dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin).zaenal muttaqin)
Dengan
demikian mahasiswa setelah menjadi sarjana dengan gelar S1 dapat membuat
lapangan kerja sendiri yaitu dengan berwirausaha yang membuka lapangan
pekerjaan untuk masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan (penganguran).
3.7.1. Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan
Kalau dulu
bekerja pada orang lain dianggap sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan
uang, tetapi sekarang berwirausaha menjadi trend masa depan, karena
dianggap lebih prospektif untuk meraih kebebasan waktu dan keuangan. Namun
berwirausaha juga memerlukan pengetahuan, kecakapan, serta pengalaman, sehingga
harus dipupuk sejak dini.Beberapa hal berikut ini merupakan hal yang perlu kita
perhatikan dan lakukan berkenaan dengan upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan
tersebut.
Menumbuhkan
jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri sendiri dan
kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya
dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi.Keunikan atau kualitas
produk atau jasa maupun kecanggihan pola pemasaran bukan faktor utama produk
atau jasa yang kita tawarkan diterima dengan baik.Sebab sukses dalam
berwirausaha erat kaitannya dengan kemampuan meraih kepercayaan banyak orang,
yang membuat konsumen tidak pernah ragu untuk membeli produk atau memakai jasa
yang kita tawarkan.
Dalam
mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga harus membiasakan diri menciptakan
impian, memiliki keyakinan luar biasa, serta ketekunan berusaha.Sebab seorang
pewirausaha haruslah berjiwa pionir sejati. Artinya, syarat untuk menjadi pewirausaha
yang berhasil itu harus mampu membuat perencanaan yang baik, cepat dan efisien,
berani menanggung resiko dengan melakukan investasi materi, waktu, usaha, serta
ekstra kesabaran memelihara dan menjaga usahanya dengan baik sebelum melihatnya
tumbuh sukses. Memupuk kebiasaan berpikir positif merupakan hal penting dalam
menumbuhkan jiwa wirausaha.
Sebagaimana
diketahui bahwa tak seorangpun pebisnis sukses di dunia ini yang tidak pernah
gagal.Di samping profesional, memiliki etos kerja dan dedikasi yang tinggi,
mereka juga selalu mampu bangkit ketika mengalami kegagalan.Bila kita selalu
dapat berpikir positif, tentu saja kita juga mampu menjadikan setiap kegagalan
sebagai motivasi untuk terus bergerak maju.
Memupuk
kemampuan mencetak laba adalah bagian dari upaya-upaya menumbuhkan jiwa
wirausaha.Untuk itu kita harus belajar tentang bagaimana melakukan pemasaran
yang baik dan juga meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan manajemen
keuangan.Sebab dalam dunia usaha, keuntungan sekecil apapun sangat penting
untuk memperkuat stabilitas sekaligus untuk melakukan ekspansi usaha.
Menumbuhkan
jiwa kewirausahaan berarti juga harus meningkatkan kemampuan mengorganisasi,
yaitu menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.Mulailah dengan
membuat jadwal yang teratur dan disiplin menjalankan jadwal tersebut dan
berteman dengan orang-orang yang memberi inspirasi dan teladan mulia.Latihan
semacam itu potensial menjadikan kita mampu mengorganisasi usaha dan memastikan
usaha terus berekspansi.
Meningkatkan
kemampuan berkomunikasi menjadi bagian penting dalam menumbuhkan jiwa
wirausaha. Sebab kemampuan berkomunikasi ini sangat penting untuk menggali
informasi dari target pasar tentang produk atau jasa yang sangat diinginkan
sekaligus untuk menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dengan pelanggan.
Bila kita sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumen, lalu menjalin komunikasi
dengan baik, menghargai, dan bersikap sopan terhadap mereka, maka dengan
sendirinya para pelanggan akan selalu setia menggunakan produk atau jasa kita
bahkan ikut mempopulerkan bisnis kita.
Menumbuhkan
jiwa kewirausahaan juga harus meningkatkan daya kreatifitas, yaitu mengubah
sesuatu yang biasa menjadi komoditas yang bernilai tinggi dan mengguncang
pasar.Mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan dari buku atau sumber
informasi lainnya dan aktif memodifikasi bagian-bagian yang diperlukan sangat
penting untuk menciptakan terobosan baru untuk produk, iklan, maupun mencari
pelanggan.Kreatifitas menjadikan usaha Kita tidak pernah mengenal krisis.
Menumbuhkan
jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh kemampuan berwirausaha,
mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan wirausaha itu
sendiri. Oleh sebab itu, tumbuhkan terus jiwa kewirausahaan Kita, dengan terus
mengembangkan hal-hal yang telah diuraikan di atas. Pastikan di masa akan
datang Kita menjadi orang yang lebih baik, sukses dalam berwirausaha, hidup
lebih kaya dan bahagia, dan sekaligus berempati tinggi.
Seorang wirausaha yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti
kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan seta mau belajar untuk
meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh wirausaha
sebagai sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu
masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori sebagai landasan berpikir.
Keinginann berwirausaha memang sangat sulit untuk dijalankan oleh
kebanyakan orang,khususnya para mahasiswa. Akan tetapi memberikan ilmu
pengetahuan mengenai wirausaha sangatlah penting untuk diajarkan oleh para
pendidik khususnya para dosen pengajar mata kuliah tersebut. Disatu pihak ini
menjadi sebuah tantangan bagaimana caranya untuk menumbuhkan jiwa usaha
terhadap orang banyak,namun dilain pihak ini menjadi sebuah keharusan bagi para
pendidik untuk memperkenalkan,mengajarkan, dan memberikan ilmu pengetahuan
mengani wrausaha dan bagaimana kita bisa terjun ke dunia tersebut dalam hal ini
dunia usaha itu sendiri.
Pengangguran dan kemiskinan hingga saat ini merupakan
masalah besar bangsa Indonesia yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS
Februari 2008, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak 9,43 juta orang
(8,46%) per Agustus 2008 berjumlah 9,39 juta orang ( 8,39 %) dari total
angkatan kerja sekitar 111,4 juta orang. pengangguran terbuka didominasi
lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) besar 17,26 %, Sekolah menengah Atas
(SMA) sebesar 14,31 %, Perguruan Tinggi (PT) 12,59%, Diploma 11,21 %, lulusan
SMP, 9,39 % dan lulusan Sekolah Dasar (SD) 4,57 %, dari jumlah penganggur.
Jumlah penganggur tersebut diperkirakan akan bertambah
dengan adanya krisis keuangan global sebesar 20 juta orang sehingga dari jumlah
penganguran di tahun sebelumnya sebesar 190 juta orang, akan bertambah menjadi
210 juta orang di tahun 2009.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di
Indonesia, antara lain: Pertama, jumlah pencari kerja lebih besar
dari jumlah peluang kerja yang tersedia (kesenjangan antara supply and demand).
Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi
yang dibutuhkan oleh pasar kerja (mis-match), Ketiga,
masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan yang tidak terserap
dunia kerja/berusaha mandiri karena tidak memiliki keterampilan yang memadai (unskill
labour), Keempat, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK)
karena krisis global, dan Kelima, terbatasnya sumber daya alam di
kota yang tidak memungkinkan lagi warga masyarakat untuk mengolah sumber daya
alam menjadi mata pencaharian.
Dari kelima faktor tersebut, faktor pertama, kedua dan
ketiga merupakan faktor dominan yang menyebabkan pengangguran di Indonesia. Dari
gambaran tersebut di atas maka perlu dikembangkan program-program kewirausahaan
pemuda dalam rangka mempercepat penurunan angka pengangguran.
Mengingat data pengangguran pemuda masih cukup tinggi,
apabila tidak memperoleh perhatian yang serius mengakibatkan masalah sosial
yang cukup tinggi pula. Beberapa masalah sosial yang diakibatkan oleh tingginya
pengangguran diantaranya penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, pergaulan bebas,
premanisme, trafficing, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut akan mengganggu
pembangunan di segala bidang dan stabilitas nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Abdulrachman.
1979. Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum.
Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Buchari, Alma. 2006. Kewirausahaan; Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta.
Hasibuan, Malayu. 1995. Manajemen:
dasar, Pengertian, dan Masalah, Cetakan ke-10. Jakarta: PT Toko Gunung Agunng.
Koontz, Harold, dkk. 1980. Management, 7th Edition mcrawHill, Kogakusha Ltd.
Kurniawan, Saefullah. 2010. Pengantar Manajemen, Edisi pertama. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
artikel yang sangat menarik, terutama bagi para pelaku usaha yang sedang merintis atau memulai bisnisnya, sangat bermanfaat... terimakasih atas artikel yang bermanfaat...
BalasHapusManajemen Keuangan