Rabu, 02 April 2014

Pengaruh Manajemen Terhadap Kewirausahaan




BAB 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang
Sekarang ini, banyak anak muda mulai tertarik dan melirik profesi bisnis yang cukup menjanjikan masa depan cerah.
Diawali oleh anak-anak pejabat, para sarjana dan diploma lulusan perguruan tinggi, sudah mulai terjun ke pekerjaan bidang bisnis.Kaum remaja zaman sekarang, dengan latar belakang profesi orang tua yang beraneka ragam mulai mengarahkan pandangannya ke bidang bisnis.Hal ini didorong oleh kondisi persaingan diantara pencari kerja yang mulai ketat.Lowongan pekerjaan mulai terasa sempit. Posisi pegawai negeri kurang menarik, ditambah lagi dengan policy zero growth oleh pemerintah dalam kepegawaiaan.
Saat ini orang tua sudah tidak berpandangan negatif lagi pada dunia bisnis.Anak-anak muda tidak lagi “malu” berdagang.Bahkan para artis banyak terjun ke dunia “bisnis” yang bergerak dalam berbagai komoditi.
Berdasarkan suatu penelitian terhadap siswa kelas 3 SMU di kotamadya Bandung, ditemukan adanya pergeseran minat bisnis di kalangan remaja.Suatu hal yang menonjol yang ditemukan dalam penelitian ini adalah adanya perubahan sikap dan pandangan dari generasi muda calon intelektual bangsa kita.Demikian pula ada perubahan pandangan orang tua, yang sudah menyenangi dan mengizinkan putra-putrinya terjun ke bidang bisnis.
Para remaja ini menyatakan mereka sangat menyenangi kegiatan bisnis. Mereka akan terjun ke bidang bisnis karena pekerjaan bisnis cukup menjanjikan untuk masa depan. untuk mengantisipasi pekerjaan bisnis, mereka mempersiapkan bekal, berupa sikap mental dan menguasai beberapa keterampilan yang menunjang. Banyak keterampilan yang harus dimiliki oleh remaja, seperti keterampilan mengetik manual, komputer, akuntansi, pemasaran, otomotif, elektronik, dan sebagainya.Makin banyak keterampilan yang dikuasai, makin tinggi minat bisnisnya dan makin banyak peluang terbuka untuk membuka berwirausaha.
Mahasiswa sebagai agen penggerak perubahan di negeri ini yang akan memegang estafet kepemimpinan di masa mendatang harus berperan aktif untuk menjadi pelopor terbentuknya perekonomian nasional yang tangguh. Oleh karena itu sudah saatnya dilakukan perubahan paradigma berpikir dikalangan mahasiswa. Yaitu dari pola pikir sempit mencari kerja setelah lulus kuliah menjadi pencipta lapangan kerja yang berbasis pada penciptaan usaha kecil dan menengah, sehingga bangsa Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan wirausaha yang dirintis sejak dari bangku kuliah.Kemampuan wirausaha merupakan modal dasar bagi seseorang yang ingin bergerak di bidang usaha tertentu.Ada sebagian orang yang percaya bahwa kemampuan wirausaha adalah bakat yang dibawa sejak lahir.Pendapat ini keliru. Kemampuan wirausaha bukanlah karena faktor bakat, tetapi juga akan timbul dan terasah melalui pengalaman-pengalaman dan pelatihan-pelatihan kewirausahaan.
Berkaitan dengan hal ini kami dari FEKON UNTAD Jurusan Akuntansi S1 dan juga sebagai wadah kewirausahaan mahasiswa, membuka kesempatan kepada mahasiswa dan pelajar yang ingin membangun dan mengembangkan jiwa wirausahanya untuk mendapatkan kisah dan pengalaman langsung dari orang-orang yang telah susah payah membangun usahanya dan bahkan mungkin pernah rugi hingga puluhan juta rupiah, sampai akhirnya mendapatkan kesuksesan.
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha.Wira berarti pejuang, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung.Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu.Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Kewirausahaan merupakan kegiatan untuk meningkatkan  kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan sangat besar   peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan  ekonomi. Oleh  karena  itu, peran  mahasiswa,  khususnya mahasiswa manajemen sangat besar maknanya bagi pengembangan ekonomi nasional. Dengan demikian seharusnya mahasiswa manajemen lebih memiliki  niat  untuk  menjalankan bisnis  dengan kemadirian  tinggi. (Tjahjono, 2008:2)
Peran kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang  melanda  bangsa  Indonesia. Kewirausahaan  yang  berbasis  pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang menjadi  salah satu panutan masyarakat dapat  mendorong  budaya  berwirausaha. Perguruan  tinggidiharapkan  juga  mampu  menciptakan  wirausahawan-wirausahawan  yang handal,  sehingga mampu meberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik, sebagai harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan niat berwirausaha.  (Tjahjono, 2008:2)
Mahasiswa yang menekuni ilmu manajerial khususnya kewirausahaan, diharapkan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu membuka lapangan kerja yang lebih luas. Dengan kondisi tersebut, maka perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk mampu menyiapkan anak didiknya, khususnya jurusan manajemen untuk menjadi wirausaha yang unggul.Mahasiswa jurusan manajemen, supaya tidak mengantungkan kerja di orang lain, tetapi diperlukan keberanian untuk membuka usaha sendiri atau berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2)
Kondisi seperti dijelaskan di atas, tentu menjadikan para mahasiswa berani  mengambul  keputusan  untuk berwirausaha.  Bagi  banyak  orang,  keputusan berwirausaha merupakan perilaku dengan keterlibatan tinggi (high  involvement)  karena  dalam mengambil keputusan akan melibatkan faktor internal seperti kepribadian, persepsi, motivasi, pembelajaran (sikap), faktor eksternal seperti keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya (norma subyektif). Kemudian mengukur kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived control behavior) yaitu suatu kondisi bahwa orang percaya tindakan itu mudah atau sulit untuk dilakukan dengan memahami berbagai risiko atau rintangan-rintangan yang ada apabila mengambil tindakan tersebut. (Tjahjono, 2008:2)
Disamping  itu,  menurut  pengamat  aktivitas  kewirausahaan (Entrepreneurial activity) yang relatif masih rendah. Entrepreneurial activity diterjemahkan  sebagai  individu  aktif  dalam  memulai  bisnis  baru  dan dinyatakan dalam persen total penduduk aktif bekerja. Semakin rendah indek entrepreneurial activity maka semakin rendah level entrepreneurship suatu negara, dan dampaknya pada tingginya  pengangguran. Kondisi di  atasmengisaratkan betapa masalah pengangguran menjadi masalah yang sangat serius.
Beberapa pihak menyoal keberadaan lulusan perguruan tinggi saat ini (Siswoyo, 2009:  114). Menurut Hendarman, Direktur Kelembagaan Dikti Depdiknas   menyatakan ”data  pengangguran   terdidik   di   Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya.” Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator).  Hal  ini  disebabkan  sistem  pembelajaran  yang  diterapkan  di berbagai  perguruan  tinggi  saat  ini,  yang  umumnya  lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan   untuk   menciptakan   pekerjaan.   Ciputra (dalam   Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009) menyatakan: ”Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu jangan hanya diajarkan bagaimana bisa bekerja dengan baik, tetapi dipacu untuk bisa menjadi pemilik dari usaha-usaha sesuai latar belakang ilmu mereka,”.
Pendidikan  harus  dijalankan  dengan  kreatif.  Pendidikan kewirausahaan harusnya membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika yang bersangkutan menyelesaikan studinya. Hal ini menurut  Sadino (2008) dalam  Siswoyo (2009: 115) mengatakan  sebagai dampak dari sistem pendidikan Indonesia yang kebanyakan masih menggunakan prinsip belajar untuk tahu, bukan untuk melakukan sesuatu.
Fenomena di atas seharusnya dapat dijadikan bahan pemikiran, bagaimana  agar  dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menampung karyawan, tidak  lagi berpikir untuk mempersiapkan diri menjadi calon karyawan yang mencari pekerjaan, terutama bagi individu yang terdidik, misalnya mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka penulis mengambil inisiatif untuk mengangkat judul yang berhubungan dengan Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan,Motivasi Berprestasi Terhadap Keinginan Berwirausaha Mahasiswa.
I.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan  pokok  pikiran  pada  latar  belakang  tersebut  diatas,  maka penulis mengidentifikasikan permasalahan, yaitu :
1.      Bagamanai Karakteristik, Motivasi berprestasi dan Sikap wirausaha?
2.      Bagaimana Cara membangun jiwa usaha pada mahasiswa?
3.      Apakah  Karakteristik  Kewirausahaan  berpengaruh  terhadap  keinginan berwirausaha ?

1.3. Batasan masalah
Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang di bahas atau di identifikasi hanya membahas apa yang ada di dalam rumusan masalah.






BAB 2
Landasan Teori

2.1. Konsep Strategi
Pada bab ini, kami akan mengeksplorasi manajemen strategi yang dianggap sebagai satu tipe spesifik dari suatu perencanaan. Misalnya, jika ada minimal 2 perusahaan yang beroperasi dengan produk (barang dan jasa) yang sama, maka salah satu di antaranya ingin keluar sebagai pemenang dalam persaingan bisnisnya. Sebagai pemenang dalam dunia bisnis seringkali diartikan mendapat pangsa pasar (market share) terbesar yang nantinya akan mempunyai kekuatan monopoli dan jika monopoli dilarang oleh pemerintah, maka minimal perusahaan tersebut menjadi perusahaan berstatus pemimpin atau penentu harga (price setter atau price leader).
Masing-masing pihak akan selalu berusaha untuk memenangkan persaingan dan melakukan analisis tentang kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats) satu sama lain. Kelemahan dirinya dan ancaman dari perusahaan pesaing akan selalu dianalisis dan diantisipasi yang kemudian akan diperbaiki agar tidak mudah diserang atau ditundukkan oleh perusahaan pesaing.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti dari manajemen strategi adalah memenangkan persaingan. Karena manajemen strategi selalu berusaha memenangkan persaingan, maka mau tidak mau perusahaan harus senantiasa menganalisis diri dan memperbaiki diri agar tampil lebih baik dari perusahaan pesaing.
Apa Itu Strategi?
1.      Menurut KBBI, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang maupun damai.
2.      Secara eksplisit, strategi adalah rencana tindakan yang menjabarkan alokasi sumber daya dan aktivitas lain untuk menanggapi lingkungan dan membantu organisasi mencapai sasarannya.
Intinya strategi adalah pilihan untuk melakukan aktivitas yang berbeda atau untuk melaksanakan aktivitas dengan cara berbeda dari pesaingnya
Apakah Manajemen Strategi?
Manajemen strategi (strategic management) adalah seperangkat keputusan dan tindakan yang digunakan untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi-strategi yang berdaya saing tinggi dan sesuai bagi perusahaan dan lingkungannya untuk mencapai sasaran organisasi.
Beberapa pertanyaan yang sering diajukan para manajer seperti:
1.    Perubahan dan tren apa yang terjadi pada lingkungan yang kompetitif?
2.    Siapakah konsumen kita?
3.    Produk atau pelayanan apa yang seharusnya kita tawarkan?
4.    Bagaimana kita dapat menawarkan produk dan pelayanan seefisien mungkin?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas dapat membantu manajer membuat pilihan mengenai bagaimana memposisikan organisasi yang penuh dengan perusahaan pesaing.

Tujuan Manajemen Strategi
Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang dipilih secara efektif dan efisien. Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi serta melakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapat penyimpangan di dalam pelaksanaan strategi.
Senantiasa memperbarui strategi yang dirumuskan agar sesuai dengan perkembangan lingkungan eksternal.Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bisnis yang ada.Senantiasa melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuai dengan selera konsumen.

Manfaat Manajemen Strategi
  Aktivitas formulasi strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi perusahaan.Proses manajemen strategi akan memberikan hasil keputusan terbaik dikarenakan interaksi kelompok mengumpulkan berbagai strategi yang lebih besar.
Keterlibatan karyawan di dalam formulasi strategi akan dapat memperbaiki pengertian mereka atas penghargaan produktivitas di dalam setiap perencanaan strategi dan dengan demikian dapat mempertinggi motivasi kerja mereka.Penerapan manajemen strategi membuat manajemen perusahaan menjadi lebih peka terhadap ancaman yang datang dari luar perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan konsep manajemen strategi akan lebih profitable (menguntungkan) dan lebih berhasil daripada yang tidak menerapkannya.

Strategi Besar (Grand Strategy)
Adalah rencana umum berupa tindakan-tindakan besar yang digunakan perusahaan untuk meraih sasaran jangka panjang. Strategi besar dibedakan dalam 3 kategori:
1.      Pertumbuhan (Growth), dapat dilakukan secara internal meliputi pengembangan dari produk baru atau produk lama yang mengalami perubahan dan secara eksternal dengan memperoleh tambahan divisi bisnis atau diversifikasi yang artinya mengakuisisi bisnis yang terkait dengan lini produk saat itu.
2.      Stabilitas (Stability) atau Strategi Diam, artinya adalah bahwa organisasi ingin tetap berada pada ukurannya yang sama atau tumbuh perlahan dengan cara-cara yang masih dapat dikendalikan.
3.      Pemangkasan (Retrenchment), berarti organisasi terpaksa melalui periode terjadinya penurunan dengan penyusutan unit bisnis yang ada saat ini atau menjual atau melikuidasi keseluruhan unit bisnis.

2.2. Strategi Global
Di arena internasional, perusahaan-perusahaan menghadapi dilema strategi antara integrasi global dan tanggung jawab nasional (national responsiveness). Organisasi harus memutuskan apakah ia ingin agar setiap afiliasinya bertindak secara otonomi atau apakah aktivitas yang dilakukan harus distandarisasi dan disentralisasikan di seluruh negara.
Ada 3 kategori strategi global:
1.      Strategi Globalisasi (Globalization Strategy), merupakan standarisasi rancangan produk dan strategi periklanan di seluruh dunia.
2.      Strategi Multidomestik (Multidomestic Strategy), adalah modifikasi desain produk dan strategi periklanan untuk mengakomodasi kebutuhan spesifik dari masing-masing negara. Maksudnya adalah perusahaan multinasional ada di sejumlah negara, namun periklanan dan rancangan produknya disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing negara.
3.      Strategi Transnasional (Transnational Strategy), yaitu strategi yang mengkombinasikan koordinasi global untuk meraih efisiensi dengan fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada berbagai negara.

2.3.  tingkat Setrategi
Terdapat 2 tingkatan strategi dalam organisasi yaitu:
1.      Strategi Tingkat Bisnis (Business Strategy)
Bisnis biasanya diformulasikan oleh manajer tingkat bisnis melalui negosiasi dengan manajer korporasi dan memusatkan kepada bagaimana cara bersaing dalam dunia bisnis yang ada. Strategi bisnis harus melalui dan diperoleh serta didukung oleh strategi korporasi.
2.      Strategi Tingkat Fungsional (Functional Strategy)
Ditetapkan oleh tingkat manajemen tertinggi di dalam organisasi dan mengarah kepada bisnis apa yang akan dilakukan serta bagaimana sumber daya dialokasikan di antara bisnis tersebut.Strategi korporasi secara umum melibatkan tujuan jangka panjang yang berhubungan dengan organisasi secara keseluruhan dan investasi keuangan secara langsung.Mempunyai lingkup yang lebih sempit lagi dibandingkan strategi korporasi dan strategi bisnis.
Berhubungan dengan fungsi bisnis seperti fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi SDM, fungsi keuangan, fungsi riset dan pengembangan (R&D).
Strategi fungsional harus mengarah kepada strategi bisnis dan konsep mereka yang paling utama adalah tergantung kepada hasil jawaban bagaimana cara menerapkannya.
2.4. Proses Manajemen Strategi
Secara umum proses manajemen strategi terdiri dari 4 tahap, yaitu:
Menetapkan arah dan misi organisasi. Memahami lingkungan internal dan eksternal organisasi,
Memformulasikan strategi, Mengimplementasikan strategi, dan Mengevaluasi dan mengawasi strategi. Formulasi strategi melibatkan penetapan serangkaian tindakan yang tepat guna mencapai tujuan perusahaan. Formulasi strategi ini meliputi pengembangan misi bisnis, analisa SWOT:mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal serta mengukur dan menetapkan kelemahan dan kekuatan internal dan menetapkan tujuan jangka panjang.

2.4.1. Menetapkan arah dan misi organisasi
Setiap organisasi pasti mempunyai visi,misi dan tujuan. Visi,misi dan tujuan ini akan menentukan arah yang akan dituju oleh organisasi. Tanpa adanya visi,misi, dan tujuan maka kinerja organisasi akan berjalan acak dan kurang jelas serta mudah berubah dan diombang-ambingkan oleh situasi eksternal.
Perubahan yang tidak mempunyai visi, misi dan tujuan seringkali bertindak spontantitas dan kurang sistematis seperti yang dilakukan oleh pedagang kecil hanya untuk memperoleh sesuap nasi. Tentunya hal ini tidak boleh terjadi bagi suatu organisasi bisnis (perusahaan) apalagi jika perusahaan tersebut boleh dikatakan skala menengah dan atas.

2.4.2. Memahami lingkungan internal dan eksternal
Tujuan analisis lingkungan adalah untuk dapat mengerti dan memahami lingkungan oraganisasi sehingga manajemen akan dapat melakukan reaksi secara tepat terhadap setiap perubahan, selain itu agar manajemen mempunyai kemampuan merespon berbagai isu kritis mengenai lingkungan yang mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap perusahaan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal berada di luar perusahaan sedangkan lingkunga internal berada di dalam perusahaan.
1.      Lingkungan eksternal:
Memiliki dua variabel yakni peluang (opportunity) dan acaman (threats)
Terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan tugas dan lingkungan umum.
2.      Lingkungan internal:
Memiliki dua variabel yakni kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)
Mencakup semua unsur bisnis yang ada di dalam perusahaan seperti struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan dan sumber daya.

2.4.3. Analisa SWOT
SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang) dan threats (ancaman). Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekutaan dan kelemahan internal organisasi dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal organisasi.
1.      Kekuatan (strength) adalah suatu kondisi di mana perusahaan mampu melakukan semua tugasnya secara sangat baik (diatas rata-rata industri).
2.      Kelemahan (weakness) adalah kondisi di mana perusahaan kurang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik di karenakan sarana dan prasarananya kurang mencukupi.
3.      Peluang (opportunity) adalah suatu potensi bisnis menguntungkan yang dapat diraih oleh perusahaan yang masih belum di kuasai oleh pihak pesaing dan masih belum tersentuh oleh pihak manapun.
4.      Ancaman (threats) adalah suatu keadaan di mana perusahaan mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kinerja pihak pesaing, yang jika dibiarkan maka perusahaan akan mengalami kesulitan dikemudiaan hari.

2.4.4. Mengimplementasikan strategi
Di dalam implementasi strategi, perusahaan diharapkan menetapkan atau merumuskan tujuan perusahaan tahunan (annual objective of the business), memikirkan dan merumuskan kebijakan, memotivasi karyawan serta mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah di formulasikan dapat dilaksanakan.
Mengimplementasikan berarti menggerakan para karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah formulasikan menjadi tindakan nyata. Implementasi strategi memerlukan kinerja dan disiplin yang tinggi tetapi juga diimbangi dengan imbalan yang memadai.
Tantangan implementasi adalah menstimulir para manajer dan karyawan melalui organisasi agar mau bekerja dengan penuh kebanggaan dan antusias ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

2.4.5. Mengevaluasi dan mengawasi strategi
Evaluasi dan pengawasan strategi merupakan tahap terakhir di dalam proses strategi. Pada dasarnya evaluasi strategi mencakup 4 hal, yaitu:
1.      Mereview faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar bagi strategi yang sedang berlangsung,
2.      Mengukur kinerja yang telah dilakukan, dan
3.      Mengambil berbagai tindakan perbaikan.
Evaluasi strategi sangat diperlukan sebab keberhasilan perusahaan dewasa ini tidak menjadi jaminan keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang.

2.5.  Strategi Korporasi (Corporate Strategy)
Strategi korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak dan dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan organisasi. Memformulasikan strategi korporasi di dalam perusahaan besar akan sangat sulit sekali sebab banyak sekali strategi tingkat bisnis yang sangat berbeda dan memerlukan koordinasi guna mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Demikian model strategi yang dipakai adalah portofolio bisnis, sebagai berikut:

Strategi Portofolio
Strategi portofolio adalah tipe strategi tingkat perusahaan yang berhubungan dengan bauran antara unit-unit bisnis (UBS=SBU) dan lini-lini produk yang sesuai satu sama lain dalam cara-cara yang masuk akal sehingga memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
UBS (Unit Bisnis Strategi) merupakan suatu divisi organisasi yang memiliki misi bisnis, lini produk, pesaing dan pasar berbeda terhadap UBS lain dalam organisasi yang sama.
Matriks BCG (Boston Consulting Group) mengorganisir bisnis-bisnis dalam dua dimensi yaitu pertumbuhan bisnis dan pangsa pasar (market share).Tingkat pertumbuhan bisnis (Business Growth Rate) berkaitan dengan seberapa cepat industri mengalami peningkatan.Pangsa pasar (market share) mendefinisikan apakah sebuah unit bisnis memiliki pangsa yang lebih kecil atau lebih besar dibandingkan dengan pesaingnya.

2.6.  Strategi Bisnis (Business Strategy)
Merumuskan strategi bisnis melibatkan pengambilan keputusan pada tingkat unit bisnis. Di dalam strategi tingkat ini yamh ditujukan adalah bagaimana cara bersaingnya. Pendekatan yang berguna di dalam merumuskan strategi bisnis sebainya didasarkan atas analisis persaingan yang dicetuskan oleh Michael Porter:

2.6.1. Lima Kekuatan Kompetitif Porter:
Pendekatan Porter didasarkan atas analisis 5 kekuatan persaingan. Tekanan persaingan mencakup:
1.      Ancaman Pendatang Baru, perusahaan yang memasuki industri yang membawa kapasitas baru dan ingin memperoleh pangsa pasar yang baik dan laba, akan tetapi semua itu sangat tergantung kepada rintangan atau kendala yang mengitarinya.
2.      Daya Tawar Menawar Pemasok, pemasok dapat juga menjadi ancaman dalam suatu industri sebab pemasok dapat menaikkan harga produk yang dijual atau mengurangi kualitas produk. Jika harga produk pemasok naik maka harga pokok perusahaan juga naik sehingga akan menaikkan harga jual produk. Jika harga jual produk naik maka sesuai dengan hukum permintaan, permintaan produk akan menurun. Begitu pula jika pemasok menurunkan kualitas produk, maka kualitas produk penghasil juga akan turun, sehingga akan mengurangi kepuasan konsumen.
3.      Daya Tawar Menawar Pembeli, pembeli akan selalu berusaha mendapat produk dengan kualitas baik dan dengan harga yang murah. Sikap pembeli semacam ini berlaku universal dan memainkan peran yang cukup menentukan bagi perusahaan. Jika suatu produk dinilai harganya jauh lebih tinggi dari kualitas (harganya tidak mencerminkan yang sepantasnya) maka pembeli (konsumen) tidak akan membeli produk perusahaan.
4.      Daya Tawar Produk Pengganti, produk pengganti secara fungsional mempunyai manfaat yang serupa dengan produk utama (asli), namun memiliki kualitas produk dan harga yang lebih rendah. Umumnya, produk pengganti disenangi oleh orang yang berpenghasilan rendah akan tetapi ingin tampil dengan status lebih tinggi  dari keadaan sebenarnya.
5.      Persaingan Antar Pesaing, persaingan konvensional selalu berusaha sekeras mungkin untuk merebut pangsa pasar perusahaan lain. Konsumen merupakan objek persaingan dari perusahaan yang sejenis yang bermain di pasar. Siapa yang dapat memikat hati konsumen maka perusahaan akan dapat memenangkan persaingan. Untuk dapat memikat konsumen maka berbagai cara dilakukan mulai dari memberikan fasilitas khusus, pemberian kredit dengan syarat ringan, harga murah atau diskon.

2.6.2. Strategi Kompetitif Porter
Diferensiasi (Differentiation), adalah salah satu tipe strategi kompetitif di mana organisasi berupaya membuat produk atau jasa yang ditawarkannya berbeda dengan pesaing. Organisasi dapat menggunakan periklanan, fitur produk yang berbeda, pelayanan atau teknologi baru untuk meraih persepsi produk yang dianggap unik.
Kepemimpinan Biaya (Cost Leadership), merupakan salah satu tipe strategi kompetitif di mana organisasi secara agresif berupaya menjadi lebih efisien (melakukan reduksi biaya) dari pesaing-pesaingnya dengan memotong biaya produksi dan pengawasan biaya yang sangat ketat.
Fokus (Focus), adalah salah satu tipe strategi kompetitif yang menekankan pada kondentrasi terhadap suatu segmen pasar atau kelompok pembeli tertentu.

2.7.      Teori-Teori Kewirausahaan
Menurut A. Pakerti, berwirausaha senantiasa melibatkan dua unsur pokok, yaitu soal peluang dan soal kemampuan menggapi peluang. Hal ini dituangkan dalam teori:
1.      Teori Ekonomi
Menyatakan bahwa wirausaha itu akan muncul dan berkembang kalau ada peluang ekonomi. Misalnya ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dimasa depan merupakan peluang usaha. Disamping kebutuhan ekonomi, kemajuan teknologi juga membuka peluang usaha.

2.      Teori Sosiologi
Para ahli sosiologi mencoba menerangkan mengapa berbagai kelompok social (kelompok ras, suku, agama, dan kelas sosial) menunjukkan tanggapan yang berbeda-beda atas peluang usaha.Mereka meneliti faktor-faktor sosial budaya yang menerangkan perbedaan kewirausahaan antara berbagai kelompok itu.Hagen mengemukakan teori bahwa dalam kelompok itu orang didorong menjadi wirausaha karena sebagai kelompok mereka dipandand rendah oleh kelompok elite dalam masyarakatnya.Kelompok yang makin direndahkan kedudukan sosialnya makin besar kecenderungan kewirausahaannya.

3.      Teori psikologis
Perintis teori psikologi adalah David McCleland, ia menalarkan adanya hubungan antara perilaku kewirausahaan dengan kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement atau nAch). Selanjutnya secara 2empiris ia menemukan korelasi positif antara kuatnya nAch dan perilaku wirausaha yang berhasil. nAch terbentuk pada masa kanak-kanak dan antaranya ditentukan oleh bacaan untuk Sekolah Dasar. Ini berarti itu harus ditanamkan sejak dini.Namun motif berprestasi bisa ditingkatkan melalui latihan pada orang dewasa.

4.      Teori Perilaku
Wesper memandang perilaku wirausaha sebagai kerja. Ia menyimpulkan bahwa keberhasilan seseorang wirausaha tergantung dari :
1.      Pilihan tempat kerjanya sebelum mulai sebagai wira usaha
2.      Pilihan bidang usahanya, kerjasama dengan orang lain
3.      Kepiawaian dalam mengamalkan manajemen yang tepat.
Ducker memandang kewirausahaan sebagai perilaku, bukan sebagai sifat kepribadian.Kewirausahaan adalah praktek kerja yang bertumpu pada konsep dan teori, bukan intuisi.Karena itu kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai secara sistematik dan terencana. Iamenyarankan tiga macam unsure perilaku untuk mendukung berhasilnya praktek kewirausahaan :
1.      Inovasi bertujuan
2.      Manajemen-wirausaha
3.      Strategi-wirausaha
Menurut Ducker dasar pengetahuan kewirausahaan adalah inovasi, artinya cara baru memanfaatkan sumber daya untuk menciptakan kekayaan. Untuk membuahkan inovasi kita memperhatikan perubahan perubahan yang terjadi disekitar kita secara sistematis.Ini menyangkut kepekaan dan ketrampilan diagnostic, dua macam kemampuan yang bisa dipelajari lewat latihan.3.
Orang yang mendirikan perusahaan harus tahu manajemen dan cara mengamalkannya. Manajemen kewirausahaan mengutamakan empat hal:
1.      Fokus dasar
2.      Antisipasi kebutuhan keuangan
3.      Menyiapkan dan menyusun tim manajemen puncak, jauh sebelum diperlukan
4.      Penentuan peran di pendiri dalam hubungannya dengan orang lain.

Strategi wirausaha yang diperlukan untuk menempatkan diri dalam pasar:
1.      Pemimpin yang dominan dalam pasar
2.      Imitasi kreatif
3.      Monopoli dengan produk atau jasa yang sangat khusus
4.      Menciptakan konsumen baru dengan menciptakan produk dan jasa baru.


BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Dan Pentignya Manajemen
3.1.1.Pengertian manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Karena manajemen diartikan mengatur maka timbul beberapa pertanyaan bagi kita.
Apa yang diatur?
Yang diatur adalah adalah semua unsur-unsur manajemen yang terdiri dari men, money, methodes, mterials, mahines, and market, disingkat dengan 6M dan semua aktifitas yang ditimbulkannya dalam proses manajemen itu.
Kenapa harus diatur?
Agar 6M tiu lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal.
Siapa yang mengatur?
Yang mengatur adalah pemimpin dengan wewenang kepemimpinannya melalui intruksi atau persuasi, sehingga 6M dan semua proses manajemen tertuju serta terarah kepada tujuan yang diinginkan.
Bagaimana mengaturnya?
Mengaturnya yaitu melalui proses dari urutan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian = planning, organizing,directing, and controling).
Dimana harus diatur?
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena organisasi merupakan “alat” dan “wadah” (tempat) untuk mengatur 6M dan semua aktivitas proses manajemen dalam mencapai tujuannya. Tegasnya, pengaturan hanya dapat dilakukan di dalam suatu organisasi (wadah/tempat).Sebab dalam wadah (organisasi) inilah tempat kerjasama, proses manajemen, pembagian kerja, delegation of authority, koordinasi, dan integrasi dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Manajemen dan organisasi bukanlah tujuan,tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang ingin dicapai itu adalah pelayanan dan atu laba (profit).
Walaupun manajemen dan organisasi hanya merupakan “alat dan wadah” saja, tetapi harus diatur dengan sebaik-baiknya. Jika manajemen dan organisasi baik maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari,dan semua potensi yang dimilika akan lebih bermanfaat.
   Mismanagement (salah arus) harus dihindari, karena mismenagement akan menimbulkan kerugian, pemborosan, bhkan tujuan tidak akan tercapai. Untuk lebih jelasnya pengertian manajemen penulis mengutip beberapa definisi sebagi berikut:

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya secara efektif dan efisien untuk suatu tujuan tertentu.

G.R. Terry
Management is a distince process consisting of planning, organizing, actuating, and controling performend to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources.
Artinya:  Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia.

Harold Koontz dan Cyril O’donel
Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager plans, organizes staffs, direct, and control the activites other people.
Artinya: Manajemen adalah usaha mencapai sutu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikain menajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain sng meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan pengarahan dan pengendalian.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1.         Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
2.         Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni.
3.         Manajemen merupakan proses yang sistematis,terkoordinasi, koperatif,dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya (6M).
4.         Manajemen baru dapat diterapkan jika ada 2 orang atau lebih melakukan kerjasaman dalam suatuorganisasi.
5.         Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas,dan tanggung jawab.
6.         Manajemen terdiri dari beberapa fungdi (POSD dan C).
7.         Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

3.1.2.      Pentingnya Manjemen
Pada dasarnya kemampuan manusia tiu terbatas (fisik, pengetehuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan danterbatasnya kemampuan dalam elakukan pekerjaan mendorong manusia membgi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka terbntuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujusn ysng diinginkan tercapai.

Apa dan mengapa manajemen itu penting?
Pada dasarnya manajemen itu penting, sebab:
1.        Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.
2.    Perusahaan akan dapat berhasil baik, jika manajemen diterpkan dengan baik.
3.    Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.
4.    Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan.
5.    Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan memanfaatkan 6M dalam proses manajemen tersebut.
6.    manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.
7.    Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur.
8.    Manajemen merupakan suatu pedaoman pikiran dan tindakan.

Manajemen selalu terdapat dan sangat penting untuk mengatur semua kegiatan dalam rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintahan, dan lain sebaginya. Dengan manajemen yang baik aka pembinan kerja sama akan serasi dan harmonis, saling menghormati dan mencintai sehingga tujuan optimal akan tercapai. Begitu pentingnya peranan manajemen dalam kehidupan manusia mengharuskan kita mempelajari, menghayati, dan menerapkan demi hari esok ang lebih baik, dan rumah tangga yang sakinah.

Apakah dasar (persyaratan) supaya manajemen dapat diterapkan?
Manajemen pada dasarnya baru dapat diterapkan jika:
1.        Ada tujuan bersama dan kepentingan yang sama yang akan dicapai.
2.        Ada kerja sama diantara sekelompok orang dalam ikatan formal dan ikatan tata tertib yang baik.
3.        Ada pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab yang teratur.
4.        Ada hubungan formal dan ikatan kerja yang tertib.
5.        Ada sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan.
6.        Ada organisasi (wadah) untuk melakukan kerja sama.
7.        Ada wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) dari setiap individu anggots.
8.        Ada koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS) dari proses manajemen tersebut.
9.        Ada pemimpin/pengatur dan bawahan yang akan diatur.
10.     Ada relationship in organization dan human organization.
11.    Ada the nature of men and the nature of organization.
12.    Ada komunikasi dan delegation of authority.

3.2. Azas-Azas Manajemen
     Asas (prinsip) merupkan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “itisari” kebenaran-kebenaran dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesutu yang absolut atau mutlak. Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.
            Asas bukanlah hukaum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesis yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis, relevan, dan konsisten. Dengan menggunakan asas-asas manajemen, seorang menejer dapat mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam menjalankan pekerjaannya, dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan semakin besar. Manajer secara beralasan dapat meramalkan hasil-hasil usaha ataukegiatan-kegiatannya.

3.2.1. Asas-asas umun manajemen
            Asas-asas manajemen (general principles of managenent), menurut:
Henry Fayol
1.      Division of work (asas pembagian kerja).
2.      Authority and responsibility (asas wewenang dan tanggung jawab).
3.      Discipline (asas disiplin).
4.      Uniti of command (asas kesatuan perintah).
5.      Unity of direction (asas kesatuan jurusan atau arah)
6.      Subordination of individual interest into general interest (asas kepentingan umun di atas kepentingan pribadi).
7.      Renumeration of personel (asas pembagian gaji yang wajar).
8.      Centralization (asas pemutusan wewenang).
9.      Scalar of chain (asas haeraki atau asas rantai berkala)
10.  Order (asas keteraturan)
11.  Equiliti (asas keadilan)
12.  Initiative (asas inisiatif)
13.  Esprit de corps (asas kesatuan)
14.  Stabiliti of turn-over personnel (asas kestabilan masa jabatan)

F. W. Tayor
1.  Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik.
2.  Pemilihan serta pengembangan para pekerja.
3.  Usaha untuk menghubungkan dan mempersatukan metode kerja yang terbaik dengan para pekerja yang terpilih dan terlatih.
4.  Kerja sama yang harmonis antara manajer dan nonmajer, meliputi pembagian kerja dan taanggung jawab manajer untuk merencanakan pekerjaan.

Harrington Emerson
1.        Memberi batasan tujuan dengan tegas.
2.        Pikiran yang sehat.
3.        Nasihat (konsultasi) yang konsekuen.
4.        Tata tertib.
5.        Penjelasan yang jujur.
6.        Laporan yang dapat dipercaya, segera, dan memadai.
7.        Pengiriman (penyaluran).
8.        Standardisasi dan penjadwalan.
9.        Keadaan yang distandarkan.
10.    Standardisasi operasi.
11.    Pengubahan instruksi praktis yang standar.
12.    Penghargaan keefektifan.

Kesimpulan bahwa asas (prinsip) adalah kebenaran umum yang memberikan dasar pemikiran, keyakinan, dan pedoman pemecahan problem, pelaksanaannya fleksibel serta disesuaikan dengan situasi, kebutuhan dan keadaan-keadaan khusus. Jadi, tidak semua asas itu harus dilakukan
3.3. Ilmu Dan Seni Manajemen
       Ilmu (science) adalah sekumpulan pengetahuan yang telah disistemmatiskan, dikumpulkan, dan diterima menurut pengertian kebenaran umu  mengenai keadaan suatu subjek dan objek tertentu.
            Science management (manajemen ilmiah) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang disistematisi, dikumpulkan,dan diterima menurut pengertian kebenaran-kebenaran universal mengenai manajemen.
            Scientific management adalah manajemen yang menggunakan ilmu (scince) dan scentific method.
Scientific method adalah suatu pendekatan yang tepat terhadap suatu objek ilmu dan tujuan utamanya ialah untuk menambah pengetahuan yang sudah ada.
Scientific management memiliki ciri-ciri sebangai berikut:
1.      Tersusun ssecara sistematis/teratur.
2.      Dapat dipelajari dan diajarkan.
3.      Menggunakan metode-metode ilmiah.
4.      Dapat dijadiakn suatu teori.
5.      Objektif dan rasional.

Scientific manager ialah manajer yang mengguankan science dsn scientificmethod dalam usaha memimpin kegiatan-kegiatan bawahannya melalui fungsi-fungsi manajemen.
            Seni (art) adalah suatu kreatifitas pribadi yang kuat dan disertai keterampilan.
            Scince mengajarkan kepada orang suatu pengetahuan, sedangkan art (seni) mendorong orang untuk berpraktek.
            Seni manajemen meliputi kecakapan untuk melihat totalitas dari bagian-bagian yang terpisah dan berbeda-beda, kecakapa untuk menciptakan sesuatu gambaran tentang visi tertentu, kecakapan untuk menentukan visi tersebut dengan skills (keterampilan) atau kecakapan yang efektif.
            Manajer adalah seorang ilmuan dan ekaligus ilmuan, yang mengandalkan diri pada ilmu, ia pun harus mempunyai “firasat, keyakinan-keyakinan, kreativitas” dan menguasai cara-cara “penerapannya”.
Perbedaan Science Dan Art
Science/Ilmu:                                                             Seni / art:
1.      Berkembang secara teoretis                      1.   Berkembang secara praktis
2.      Membuktikan                                            2.   Merasa
3.      Meramalkan                                              3.   Menerka
4.      Memberikan devinisi                                 4.   Menguraikan/mengajarkan
5.      Memberikan kepastian/ukuran                  5.   Memberikan pendapat

Pengertian Manajemen dan Organisasi :
  • Setiap perusahaan memiliki tujuan, untuk mencapai tujuan perusahaan adalah Manajemen.
  • Manajemen dan Organisasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain, manajemen bagian organisasi dan sebaliknya.
  • Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan.
  • Organisasi merupakan tempat untuk mencapai tujuan.
  • Manajemen dapat diartikan sebagai proses dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan tertentu.
  • Manajemen adalah proses pengelolaan suatu kegiatan atau usaha dari awal hingga perusahaan berjalan dan bangkrut.
  • Manajemen merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan dengan melalui suatu proses.

3.4.  Fungsi-FungsiManajemen
Proses untuk mencapai tujuan menjadi fungsi manajemen:
1.      Planning
Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.      Organizing
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan berbagai kegiatan atau pekerjaan dalam unit-unit.
Tujuannya adalah supaya tertata dengan jelas antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing-masing.
3.      Actuating
Menggerakkan atau melaksanakan adalah proses untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi.
4.      Controling
Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana.
Suatu usaha yang telah dipilih oleh wirausahawan tidak serta merta akan memberikan jaminan bahwa usaha yang dipilihnya tersebut akan mendatangkan keuntungan jika usaha tersebut tidak dikelola secara professional. Pengelolaan usaha yang baik dapat anda lakukan dengan mengacu pada manajemen bisnis, langkah ini merupakan salah satu jalan menuju keberhasilan usaha.
Seorang wirausahawan harus mempunyai rencana yang matang mengenai perencanaannya. Rencana tersebut mencakup: bisnis apa yang dimiliki, memulai sendiri atau membeli suatu perusahaan yang ada, mengetahui apa dan di mana pasar untuk produk atau servisnya. Memulai suatu tidaklah mudah karena banyak tantangan-tantangan yang harus dihadapi.

Untuk suksesnya suatu permulaan kita memerlukan :
1.                  Adanya peluang usaha yang sangat solid.
2.                  Memiliki keahlian dan kemampuan dalam bidang yang akan ditekuninya.
3.                  Pendekatan yang benar dalam menjalankan usaha, dan
4.                  Memiliki dana yang cukup untuk memulai dan mengoperasikan usaha tersebut hingga dapat berdiri sendiri (Harper,1991).


Dalam memulai usaha baru kita harus mempelajari situasi pasar maupun keadaan industri yang akan dimasuki. Keadaan pasar tersebut mungkin telah dipenuhi oleh para pesaing lainnya sehingga tidak mudah untuk dimasuki, mungkin juga pasar yang dituju tersebut telah jenuh. Era orientasi produksi dan orientasi pemasaran tampaknya akan segera berlalu memasuki era baru yaitu era persaingan (competition era). Untuk itu perlu sekali menganalisis situasi kekuatan-kekuatan pesaing yang ada di pasar dengan cermat.

Michael Porter (1895) mengungkapkan adanya lima kekuatan persaingan yang menentukan di sektor industri yaitu :
1) Ancaman dari pendatang baru
2) Ancaman dari barang atau jasa substitusi
3) Kekuatan tawar menawar dari pemasok
4) Kekuatan tawar menawar dari pembeli, dan
5) Persaingan diantara para pesaing yang ada

Untuk menghadapi situasi pasar dalam industri tersebut Porter juga mengemukakan beberapa dasar strategi yang generik.
 Untuk pasar industri dengan target yang lebih luas dapat diterapkan strategi :
a) Produk yang berbeda (product differentiation)
b) Keunggulan biaya (cost leadership)
c) Biaya fokus (cost focus)
d) Perbedaan fokus (focused differentiation)
Perusahaan dapat meluncurkan produk yang berbeda dari pesaing lainnya dengan memproduksi produk inovatif atau paling tidak ada perbedaan yang lebih bermanfaat dibandingkan dengan produk pesaing lainnya. Strategi lain adalah dengan memanfaatkan keunggulan biaya.
Keunggulan biaya ini dapat mengakibatkan biaya produksi kita lebih rendah sehingga dapat menjual dengan harga yang lebih kompetitif. Sedangkan untuk pasar industri dengan target yang lebih sempit kita dapat menggunakan strategi dengan memfokuskan keunggulan biaya atau memfokuskan differensiasi produk pada segmen pasar tertentu yang mampu dikuasai.
Pengertian Kewirausahaan
Dalam mengartikan kewirausahaan terlebih dahulu harus memahami arti dari wirausaha dan wirausahawan. Oke, mari kita bahas satu persatu beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kewirausahaan.
Wirausaha dari segi etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, berbuat sesuatu. Sedangkan Wirausahawan menurut Joseph Schumpeter (1934) adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk : (1) memperkenalkan produk baru, (2) memperkenalkan metode produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Dari arti wirausaha dan wirausahawan tersebut, maka pengertian kewirausahaan dapat diartikan sebagai berikut :
  • Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Achmad Sanusi, 1994).
  • Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). (Drucker, 1959).
  • Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. (Zimmerer, 1996).
  • Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (star-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth). (Soeharto Prawiro, 1997).
  • Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. (Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995).
  • Kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. (Soeparman Spemahamidjaja, 1977).
  • Kewirausahaan adalah suatu sifat keberanian, keutamaan dalam keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. (S. Wijandi, 1988).

Peran Pendidikan dalam Pembentukan Wirausaha
Bagaimana peran pendidikan dalam proses pembetukan kewirausahaan?
Masih ada perdebatan mengenai pertanyan ini. Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya dalam memahami dunia wirausaha, namn ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang wirausaha lebih memiliki streetsmart dari pada booksmart, maksudnya adalah seorang wirausaha lebih mengutamakan untuk belajar dari pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan belajar dari buku dan pendidikan formal (booksmart). Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jika pendapat tersebut benar maka secara tidak langsung usaha-usaha yang dilakukan untuk mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal pada akhirnya sukar untuk berhasil.
Terhadap pendangan di atas, Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan dia mengatakan bahwa kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah karena dia lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun dia juga tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumber kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalamam lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utaman yang menentukan keberhasilan wirausaha.
Menurut Eels (1984) dan Mas’oed (1994), dibandingkan dengan tenaga lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar untuk berhasil menjadi seorang wirausaha karena memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang lebih luas. Seorang sarjana juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk menyelesaikan masalah, sehingga pegnetahuan manajemen dan keteknikan yang memadai mutalk diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yang lengkap.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan seta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh wirausaha sebagai sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori sebagai landasan berpikir.

3.5.   Karakteristik Kewirausahaan
Wirausahawan yang unggul yang mampu menciptakan kreativi­tas dan inovasi sebagai dasar untuk hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan. Beberapa karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan (Zimmerer, and Scarborough, 1998; Kuratko & Hoodgets, 2007) sebagai berikut:

1. Desire for responsibility
Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha se­perti: risiko keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu meminimalkan risiko.


2. Tolerance for ambiguity
Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau-tidak mau harus berhubung­an dengan orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pe­masok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mem­pertahankan hubungan baik dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hat yang biasa. Kemampuan un­tuk menerima keberagaman merupakan .suatu ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang.

3. Vision
Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita dan motivasi mengapa perusahaan hidup, dan wi­rausaha akan menterjemahkan ke dalam tujuan, kebijakan, ang­garan, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, se­hingga kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.

4.   Tolerance for failure
Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan balk waktu biaya dan tenaga. Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan usaha.

5.   Internal locus of control
Didalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang ung­gul adalah yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. Kerasnya tekanan kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis akan meningkatkan tekanan ke­jiwaan balk mental, maupun moral dalam kehidupan kesehari­an. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.
6. Continuous Improvement
Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap peng­alaman sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan terus-menerus. Pengusaha selalu mencarihal-hal baru yang akan memberikan manfaat balk dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa depan.

7. Preference for moderate risk.
Dalam kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi), moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan risk averse (orang memiliki sifat suka menghidari risiko) Pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, di mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini seja­lan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribadi yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan (Zimmerer, and Scarborough, 1998)

8. Confidence in their ability to success.
Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk meiakukan banyak hal dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakin­an kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis.
9. Desire for immediate feedback.
Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menunut wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.

10. High energy level
Wirausaha pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bergairah dan mampu menggu­nakan daya geraknya, ulet tekun dan tidak mudah putus asa.

11. Future orientation
Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu
melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkat­kan kinerja usaha.

12. Skill at organizing
Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengor­ganisasi sumberdaya yang dimiliki berupa sumber-sumber ekono­mi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melaku­kan organisasi balk orang maupun barang. Wirausaha yang ung­gul ketika memiliki kemampuan portofolio sumberdaya yang cu­kup tinggi untuk dapat bertahan dan berkembang.
13. High Commitment
Memunculkan usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut guna ke­berhasilan cita-citanya. Scarborough, et.all (2006) mengungkap­kan step, langkah terakhir seorang wirausaha untuk meningkat­kan kreativitas pendorong kewirausahaan adalah “work, work, work,….”

14. Flexibility
Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan beradaptasi dengan per­ubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha, ber­tumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega se­perti; kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain, kemampuan bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi wirausaha yang unggul.

3.5.1. Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
1.      Percaya diri
2.      Berorientasikan tugas dan hasil
3.      Pengambil risiko
4.      Kepemimpinan
5.      Keorisinilan
6.      Berorientasi ke masa depan
7.      Jujur dan tekun

3.5.2. Sifat-sifat seorang wirausaha
Seorang wirausaha harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
2.      Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif.
3.      Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
4.      Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
5.      Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
6.      Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
7.      Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

3.6. Sikap Wirausaha
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:

Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya.
Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan.
Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.

Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.
Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.

Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.

Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.


Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.

Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

3.7. Membangun JiwaWirausaha Pada Mahasiswa
Jiwa wirausaha dan pantang menyerah, memang tidak dimiliki oleh semua orang.Ada orang-orang yang sejak kecil memiliki jiwa yang kuat dan pantang menyerah menghadapi permasalahan yang dihadapinya, tetapi ada pula orang-orang yang jika tidak disuruh atau ditunjukkan secara jelas, tidak bisa berbuat apa-apa alias pasif dalam menghadapi kehidupan.Namun bukan berarti jiwa itu tidak bisadibangkitkan.
Menurut teori yang sekarang dianut oleh banyak pengembang bahwa jiwa kewirausahaan itu bisa dibangkitkan melalui pembelajaran dan pelatihan.Orang-orang yang tadinya tidak memiliki jiwa wirausaha, setelah melalui pendidikan dan pelatihan bisa menjadi orang-orang yang hebat dan tangguh.
 Karena itu, jika para mahasiswa, setelah keluar dari perguruan tinggi tidak memiliki jiwa wirausaha itu, mungkin karena pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi, tidak mengajarkan bagaimana cara membangkitkan jiwa wirausaha dalam diri mereka, sehingga mereka pasif dalam menghadapi masa depan mereka. Salah satu alternatif untuk membangkitkan jiwa wirausaha mahasiswaadalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kewirausahaan.
Mungkin setiap mahasiswa yang akan lulus dari perguruan tinggi, perlu dikasih wawasan dan bekal tentang kewirausahaan. Pembekalan secara teoritis tentang kewirausahaan bisa dilakukan secara bersama-sama dalam satu gedung pertemuan selama beberapa hari, lalu dilanjutkan dengan survey ke beberapa perusahaan atau tempat usaha yang mungkin bisa diaplikasikan oleh para mahasiswa.
Ada satu pengalaman menarik di Gontor Ponorogo, yaitu kegiatan raihlah iqtishadiyah.Setelah para santri menyelesaikan studinya dan sambil menunggu kelulusan, mereka dibekali dengan teori-teori tentang kewirausahaan. Setelah itu, mereka diajak keliling Indonesia, ada di antara mereka yang dikirim ke Jawa Timur, Jawa Tengah dan bahkan Jawa Barat, untuk melakukan studi ke beberapa tempat usaha yang berkembang, mulai dari perusahaan kecil, menengah hingga besar.
Dari studi tour itu, mereka disuruh untuk membuat laporan tentang studi toour tersebut, lalu disuruh untuk membuat rencana kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh mereka setelah kembali ke rumah masing-masing. Dari situ ternyata berdampak sangat luar biasa dalam membangun jiwa wirausaha para lulusan gontor.Banyak di antara mereka yang setelah pulang dari pondok, langsung merintis usaha sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing.Paling tidak 2% dari mereka, berhasil menjadi wirausahawan yang sukses di masyarakat.
Adapun dorongan yang diupayakan untuk membangun jiwa mahasiswa untuk berwirausaha dari pemerintah dan perkampusan yaitu peran corporate social responsibility(CSR) kian nyata.Tak hanya menjaga citra perusahaan, CSR kini sudah mulai masuk kampus untuk menumbuhkan sikap wirausaha di kalangan mahasiswa.
Kewajiban pelayanan sosial berbagai korporasi masih terlalu jamak disinonimkan sebagai kewajiban moral bagi lingkungan sosial secara ala kadarnya.Tak heran bila terkadang CSR masih belum dilihat sebagai satu hal penting dalam memberikan manfaat lebih besar CSR sebetulnya memiliki kekuatan dahsyat daripada sekadar yang kita bayangkan selama ini. Lebih dari itu, CSR bisa menjadi sarana sangat efektif dalam membangun jiwa wirausaha para mahasiswa Executive Director CSR dari CSR Indonesia, koperasi di dalam negeri bisa melakukan berbagai langkah dalam mengarahkan program CSR sebagai instrumen pendorong lahirnya sikap wirausaha mahasiswa di berbagai perguruan tinggi.
Di antaranya menjadikan perguruan tinggi sebagai mitra perusahaan dengan cara membuka dirinya dalam kegiatan penelitian dan pemagangan yang dilakukan perguruan tinggi. “Bisa juga (perusahaan) menyediakan dukungan finansial dan sumber daya lain untuk mempromosikan CSR dan menyediakan berbagai jenis dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan businessman up.terutama yang berkaitan dengan bisnis inti perusahaan dengan melibatkan perguruan tinggi, koperasi sebaiknya mengubah paradigma bahwa program CSR semata-mata bertujuan memberikan citra yang baik bagi perusahaan.
Lebih dari itu, dia menilai, CSR bisa membangun komunitas (community development) wirausaha.CSR juga bisa digunakan sebagai investasi komunitas (community investment) tersebut. “Seperti program pengenalan kewirausahaan dilingkungan  kampus semacam ini, perusahaan dapat membantu meningkatkan pemahaman dosen dan mahasiswa, sekaligus memotivasi mereka menjadi para pelaku usaha pada masa depan,” katanya. perusahaan selama ini menempatkan CSR sebagai bagian dari strategi “mematuhi” dan “melampaui” atas berbagai tantangan sosial di lingkungan sekitarnya.
Dengan bersikap mematuhi, perusahaan tersebut berbuat untuk berbagai perubahan signifikan dalam kinerja sosial dan lingkungan.“Sedangkan dengan sikap melampaui, perusahaan akan melakukan perubahan kinerja sebelum mendapat tekanan dari masyarakat,” mahasiswa sekarang sudah harus menanamkan diri kemandirian berupa jiwa wirausaha.Dengan begitu, diharapkan mahasiswa siap hidup mandiri selepas meninggalkan bangku kuliah.“Ubah paradigma dari sekarang dari job seeker menjadi job creator.
Bentuk karakter yang produktif, jangan konsumtif.Bersiap menghadapi berbagai kendala yang dapat menghambat kemajuan usaha kita,” bekal pertama yang harus dimiliki mahasiswa dalam membentuk jiwa wirausahanya adalah memiliki keyakinan kuat dalam menggapai cita-citanva melalui aktivitas kewirausahaan.para mahasiswa untuk mengembangkan minat berwirausaha ini sejak di bangku kuliah “Unpad telah menjaring berbagai proposal kewirausahaan dari mahasiswa untuk ditindaklanjuti menjadi sebuah usaha bisnis baru yang dijalankan mahasiswa dengan bantuan pembiayaan dari berbagai pihak, seperti pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas dan pihak perbankan.”
Kendati begitu, para dosen juga berperan penting dalam mendorong jiwa wirausaha mahasiswa para dosen bisa menyisipkan dan menggiatkan materi kewirausahaan ini kepada para mahasiswa melalui materi perkuliahan Pemerintah berharap, jumlah wirausaha dalam negeri bisa naik menjadi2%-3% dari saat ini O,18% melalui pendidikan kewirausahaan di berbagai lembaga pendidikan dalam negeri. Tahun 2010 misalnya, ditargetkan 10.000 mahasiswa siap menjadi wirausaha muda yang mandiri.
Depdiknas melalui Ditjen Dikti memiliki banyak skema dalam mendorong wirausaha mahasiswa. Skema pertama adalah pemberian dana bantuan kepada perguruan-perguruan tinggi sebagai bentuk bantuan permodalan bagi mahasiswa dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMWi Dikti).
Skema ini diterapkan melalui perguruan tinggi negeri badan hukum milik negara 1 BUMN sebesar Rp2 miliar, Rp l miliar untuk universitas, institut dan sekolah tinggi negeri non BUMN, Rp500 juta untuk politeknik negeri, dan Rp l miliar untuk setiap Koordinator Perguruan Tinggi Swasta.Skema kedua adalah pendampingan mahasiswa yang menerima bantuan permodalan.
 Melalui skema ini telah melatih 1000 dosen dari 300an perguruan tinggi dalam Training Trainer Dosen Kewirausahaan yang bekerja sama dengan Universitas Ciputra Enter-preneurship Center (UCECI.) Skema ketiga merealisasikan program Cooperative Academic Education (COOP Program). Melalui program ini diikuti memberikan pengajaran wirausaha bagi mahasiswa S-l yang telah mencapai semester enam dan diberikan kesempatan bekerja di industri, perusahaan, dan usaha kecil dan menengah (UKM selama 3-6 bulan).Skema keempat, membangun jaringan sinergi business intellectual government (BIG) antara Depdiknas dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin).zaenal muttaqin)
Dengan demikian mahasiswa setelah menjadi sarjana dengan gelar S1 dapat membuat lapangan kerja sendiri yaitu dengan berwirausaha yang membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan (penganguran).

3.7.1. Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan
Kalau dulu bekerja pada orang lain dianggap sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan uang, tetapi sekarang berwirausaha menjadi trend masa depan, karena dianggap lebih prospektif untuk meraih kebebasan waktu dan keuangan. Namun berwirausaha juga memerlukan pengetahuan, kecakapan, serta pengalaman, sehingga harus dipupuk sejak dini.Beberapa hal berikut ini merupakan hal yang perlu kita perhatikan dan lakukan berkenaan dengan upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan tersebut.
Menumbuhkan jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi.Keunikan atau kualitas produk atau jasa maupun kecanggihan pola pemasaran bukan faktor utama produk atau jasa yang kita tawarkan diterima dengan baik.Sebab sukses dalam berwirausaha erat kaitannya dengan kemampuan meraih kepercayaan banyak orang, yang membuat konsumen tidak pernah ragu untuk membeli produk atau memakai jasa yang kita tawarkan.
Dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga harus membiasakan diri menciptakan impian, memiliki keyakinan luar biasa, serta ketekunan berusaha.Sebab seorang pewirausaha haruslah berjiwa pionir sejati. Artinya, syarat untuk menjadi pewirausaha yang berhasil itu harus mampu membuat perencanaan yang baik, cepat dan efisien, berani menanggung resiko dengan melakukan investasi materi, waktu, usaha, serta ekstra kesabaran memelihara dan menjaga usahanya dengan baik sebelum melihatnya tumbuh sukses. Memupuk kebiasaan berpikir positif merupakan hal penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha.
Sebagaimana diketahui bahwa tak seorangpun pebisnis sukses di dunia ini yang tidak pernah gagal.Di samping profesional, memiliki etos kerja dan dedikasi yang tinggi, mereka juga selalu mampu bangkit ketika mengalami kegagalan.Bila kita selalu dapat berpikir positif, tentu saja kita juga mampu menjadikan setiap kegagalan sebagai motivasi untuk terus bergerak maju.
Memupuk kemampuan mencetak laba adalah bagian dari upaya-upaya menumbuhkan jiwa wirausaha.Untuk itu kita harus belajar tentang bagaimana melakukan pemasaran yang baik dan juga meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan manajemen keuangan.Sebab dalam dunia usaha, keuntungan sekecil apapun sangat penting untuk memperkuat stabilitas sekaligus untuk melakukan ekspansi usaha.
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan berarti juga harus meningkatkan kemampuan mengorganisasi, yaitu menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.Mulailah dengan membuat jadwal yang teratur dan disiplin menjalankan jadwal tersebut dan berteman dengan orang-orang yang memberi inspirasi dan teladan mulia.Latihan semacam itu potensial menjadikan kita mampu mengorganisasi usaha dan memastikan usaha terus berekspansi.
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi menjadi bagian penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha. Sebab kemampuan berkomunikasi ini sangat penting untuk menggali informasi dari target pasar tentang produk atau jasa yang sangat diinginkan sekaligus untuk menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dengan pelanggan. Bila kita sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumen, lalu menjalin komunikasi dengan baik, menghargai, dan bersikap sopan terhadap mereka, maka dengan sendirinya para pelanggan akan selalu setia menggunakan produk atau jasa kita bahkan ikut mempopulerkan bisnis kita.
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan juga harus meningkatkan daya kreatifitas, yaitu mengubah sesuatu yang biasa menjadi komoditas yang bernilai tinggi dan mengguncang pasar.Mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan dari buku atau sumber informasi lainnya dan aktif memodifikasi bagian-bagian yang diperlukan sangat penting untuk menciptakan terobosan baru untuk produk, iklan, maupun mencari pelanggan.Kreatifitas menjadikan usaha Kita tidak pernah mengenal krisis.
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan wirausaha itu sendiri. Oleh sebab itu, tumbuhkan terus jiwa kewirausahaan Kita, dengan terus mengembangkan hal-hal yang telah diuraikan di atas. Pastikan di masa akan datang Kita menjadi orang yang lebih baik, sukses dalam berwirausaha, hidup lebih kaya dan bahagia, dan sekaligus berempati tinggi.
Seorang wirausaha yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan seta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh wirausaha sebagai sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori sebagai landasan berpikir.
Keinginann berwirausaha memang sangat sulit untuk dijalankan oleh kebanyakan orang,khususnya para mahasiswa. Akan tetapi memberikan ilmu pengetahuan mengenai wirausaha sangatlah penting untuk diajarkan oleh para pendidik khususnya para dosen pengajar mata kuliah tersebut. Disatu pihak ini menjadi sebuah tantangan bagaimana caranya untuk menumbuhkan jiwa usaha terhadap orang banyak,namun dilain pihak ini menjadi sebuah keharusan bagi para pendidik untuk memperkenalkan,mengajarkan, dan memberikan ilmu pengetahuan mengani wrausaha dan bagaimana kita bisa terjun ke dunia tersebut dalam hal ini dunia usaha itu sendiri.
Pengangguran dan kemiskinan hingga saat ini merupakan masalah besar bangsa Indonesia yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS Februari 2008, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak 9,43 juta orang (8,46%) per Agustus 2008 berjumlah 9,39 juta orang ( 8,39 %) dari total angkatan kerja sekitar 111,4 juta orang. pengangguran terbuka didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) besar 17,26 %, Sekolah menengah Atas (SMA) sebesar 14,31 %, Perguruan Tinggi (PT) 12,59%, Diploma 11,21 %, lulusan SMP, 9,39 % dan lulusan Sekolah Dasar (SD) 4,57 %, dari jumlah penganggur.
Jumlah penganggur tersebut diperkirakan akan bertambah dengan adanya krisis keuangan global sebesar 20 juta orang sehingga dari jumlah penganguran di tahun sebelumnya sebesar 190 juta orang, akan bertambah menjadi 210 juta orang di tahun 2009.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Indonesia, antara lain: Pertama, jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia (kesenjangan antara supply and demand). Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja (mis-match), Ketiga, masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan yang tidak terserap dunia kerja/berusaha mandiri karena tidak memiliki keterampilan yang memadai (unskill labour), Keempat, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena krisis global, dan Kelima, terbatasnya sumber daya alam di kota yang tidak memungkinkan lagi warga masyarakat untuk mengolah sumber daya alam menjadi mata pencaharian.
Dari kelima faktor tersebut, faktor pertama, kedua dan ketiga merupakan faktor dominan yang menyebabkan  pengangguran di Indonesia. Dari gambaran tersebut di atas maka perlu dikembangkan program-program kewirausahaan pemuda dalam rangka mempercepat penurunan angka pengangguran.
Mengingat data pengangguran pemuda masih cukup tinggi, apabila tidak memperoleh perhatian yang serius mengakibatkan masalah sosial yang cukup tinggi pula. Beberapa masalah sosial yang diakibatkan oleh tingginya pengangguran diantaranya penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, pergaulan bebas, premanisme, trafficing, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut akan mengganggu pembangunan di segala bidang dan stabilitas nasional.







DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Abdulrachman. 1979. Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Buchari, Alma. 2006. Kewirausahaan; Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta.
Hasibuan, Malayu. 1995. Manajemen: dasar, Pengertian, dan Masalah, Cetakan ke-10.  Jakarta: PT Toko Gunung Agunng.
Koontz, Harold, dkk. 1980. Management, 7th Edition mcrawHill, Kogakusha Ltd.
Kurniawan, Saefullah. 2010. Pengantar Manajemen, Edisi pertama. Jakarta:  Kencana Prenada Media Group.

1 komentar:

  1. artikel yang sangat menarik, terutama bagi para pelaku usaha yang sedang merintis atau memulai bisnisnya, sangat bermanfaat... terimakasih atas artikel yang bermanfaat...
    Manajemen Keuangan

    BalasHapus